2017/10/11

Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak Melalui Metode Montessori

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

RESUME KULWAP WAG Member IIP Banyumas Raya

πŸ’« Tema : Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak Melalui Metode Montessori
πŸ—“ Hari : Rabu, 11 Oktober 2017
⏳ Pukul : 14.00 - 15.30 WIB
πŸ’– Pemateri : Ria Arianty, ST
πŸ’— Moderator : Efi Afiyani Safitri
πŸ’ Notulis : Eti Sukesih


πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚


πŸŽ“ *Profil*

πŸ‘©πŸ» Nama: Ria Arianty, ST
πŸ‘¨πŸ» Suami : Dimas Wibisono, ST
πŸ‘§πŸ» Anak :  Shazfa Nayyara Gita .W (3 th 6 bln)
🏑 Berdomisili di kota Pontianak
πŸŽ€ Passion : Pendidikan anak dan parenting
πŸ€ Leader IIP Kalimantan Barat
πŸ€ Fasilitator dan Pengurus Pusat HEbAT (Home Education Based on Akhlaq and Talents) Community 
πŸ€ Praktisi montessori dirumah dan HE berbasis fitrah
πŸ€ Pendidikan terakhir : S1 Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta 
πŸ€ Pernah bekerja di Departemen IT PT. Unisem Batam sebagai Programmer

🌼 _IG : ria.mandashazfa_
🌼 _FB : Ria Arianty ( Manda shazfa )_


🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿


*Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak Melalui Metode Montessori*
oleh Ria Arianty

Melalui indra segala informasi masuk ke dalam otak. Anak-anak belajar dan mengenal lingkungannya melalui indra mereka. Kegiatan dengan pendekatan Montessori selalu menekankan pada pengembangan seluruh pancaindra anak. Hands on learning experience adalah salah satu ciri pendekatan Montessori, yaitu anak-anak belajar dan mengenal hal-hal di sekitarnya dengan merasakan dan mengalami sendiri. Kegiatan seperti ini berguna untuk mengasah kemampuan kognitif anak termasuk diantaranya kemampuan memecahkan masalah, membuat keputusan juga meningkatkan kemampuan verbal anak. Sebagai contoh untuk mengenal besar dan kecil, kasar dan halus, lunak dan keras akan disediakan media 2 atau 3 dimensi yang bisa di pegang, di raba, di lihat agar dapat membedakan antara besar dan kecil, kasar dan halus, lunak dan keras secara langsung melalui indranya, kegiatan ini pun otomatis menambah kosakata baru bagi anak. Begitupun saat anak sudah tertarik dengan angka, hal pertama yang akan di kenalkan adalah konsep kuantitas namun bukan berupa selembar kertas atau papan bertuliskan angka 1 sampai 9 melainkan dengan menyediakan benda-benda nyata yang bisa di pegang oleh anak seperti beads, kacang-kacangan, dsbnya atau sandpaper numbers sebuah papan dengan angka diatasnya yang bertesktur agak kasar sehingga anak bisa meraba bentuk angkanya. Hal ini pun dilakukan bertahap mulai dari pengenalan kuantitas melalui benda nyata setelah itu memadukannya dengan kegiatan meraba/tracing menggunakan sandpaper number dengan demikian anak dapat langsung mengasosiasikan bentuk angka dengan kuantitasnya.

Dalam pendekatan metode Montessori terdapat 5 area pembelajaran yaitu keterampilan hidup, sensorial, bahasa, matematika, budaya & ilmu pengetahuan.  Dari kelima area tersebut, keterampilan hidup merupakan dasar dari kesemua area. Kegiatan yang nampak sederhana dan bisa dilakukan dengan memanfaatkan peralatan yang ada dirumah ini sesungguhnya memiliki arti dan manfaat yang sangat besar. Kegiatan keterampilan hidup juga sebagai dasar untuk anak belajar menulis, membaca bahkan ilmu-ilmu lainnya seperti matematika, sains dan sebagainya. Sebagai contoh, kegiatan menuang air dari teko ke dua gelas identik. Susunan teko dan dua gelas  secara berurutan dari kiri ke kanan adalah teko – gelas 1, lalu gelas 2 di letakkan di tepat di bawah gelas 1. Hal ini agar saat menuang anak juga memulai dengan menggerakkan tangan dari kiri dengan mengambil teko lalu bergeser ke kanan menuang ke gelas 1 dan turun ke bawah menuang ke gelas 2. Tujuannya adalah untuk melatih otot mata dan tangan sebagai persiapan membaca dan menulis kelak. Saat memegang teko pun ibu/fasilitator terlebih dahulu mencontohkan dengan cara yang benar yaitu menggunakan 3 jari ; jempol, telunjuk dan jari tengah (pincer graps). Ini bertujuan untuk melatih otot jari anak sebagai latihan pra menulis sebelum anak memegang pensil. Namun bukan berarti kita sebagai fasilitator kemudian boleh memegang tangan anak untuk menggerakkan dan meletakkan jari-jari anak agar benar cara memegang tekonya, biarkan anak belajar secara alami, kita cukup memberikan contoh diawal, selanjutnya biarkan anak bereksplorasi. Jika saat anak mencoba lagi dan cara memegangnya masih belum sama seperti yang kita contohkan misalnya memegang dengan cara menggenggam tetaplah rileks karena semua tentu ada prosesnya. Tidak perlu terlalu cepat menuntut hasil namun nikmati saja proses belajar bersama ananda. Dalam pelaksanaannya pun kegiatan ini dilakukan bertahap dari sederhana menuju kompleks seperti menuang dari teko ke satu gelas, teko ke dua gelas identik kemudian teko ke tiga gelas identik lalu teko ke dua gelas yang berbeda dstnya.

Kegiatan keterampilan hidup juga sebagai awalan dalam anak mengasah kemampuannya melakukan kegiatan sehari-hari  sebagai salah satu bekal penting untuk kehidupannya di kemudian hari. Mungkin kegiatan-kegiatan tersebut sangatlah mudah dimata kita karena kita sudah terbiasa melakukannya namun bagi anak kegiatan keterampilan hidup merupakan hal baru yang sangat menarik perhatiannya sehingga anak akan merasakan kepuasan dan menjadi prestasi tersendiri saat melakukannya sendiri. Memfasilitasi anak dengan kegiatan keterampilan hidup berarti memberi ruang bagi anak untuk mengurus dirinya sendiri dengan kata lain kita mempercayai bahwa mereka mampu untuk turut andil dalam kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan oleh orang dewasa di lingkungan rumahnya. Hal ini tentunya akan sangat berdampak pada meningkatnya kepercayaan diri anak dan anak pun akan lebih menghargai dirinya sendiri karena memiliki peran di rumahnya. Contoh lain kegiatan keterampilan hidup dalam pendekatan Montessori adalah memakai baju sendiri, mencuci tangan sendiri, menuang kering, menuang cairan, menyendok, membantu mencuci piring, membantu melipat baju, membantu memasak, membantu mencuci dan memotong sayur, menyiram tanaman, membersihkan meja, mencuci sepeda, membersihkan kaca, menyiapkan sarapan, dll. Namun satu hal yang perlu kita ingat disini semua yang dilakukan oleh anak tentunya atas dasar keinginan atau kemauan dari dalam diri anak untuk menjadi bagian dalam lingkungan rumahnya, keinginan anak untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan yang sering ia lihat di kesehariannya. Jadi bukan karena disuruh-suruh apalagi di paksa yaa, karena pada dasarnya anak ingin belajar dan meniru segala hal yang terjadi di sekitarnya. Semakin besar kepercayaan kita terhadap kemampuan mereka, semakin besar pula keyakinan mereka terhadap kemampuan dirinya.

_Jika kamu memberi tahu mereka, mereka hanya akan melihat gerak bibirmu. Jika kamu menunjukkan kepada mereka, mereka akan tergoda untuk melakukannya sendiri_
-Maria Montessori-

Dalam menerapkan metode Montessori hal penting yang perlu kita pahami adalah filosofi dari pendekatan Montessori itu sendiri. Jadi bukan sebatas alat-alatnya saja ataupun bentuk kegiatannya. Prinsip dasarnya adalah *“Follow the Child”* yang juga menjadi motto dari metode Montessori yaitu mengikuti kemauan dan ketertarikan anak pada periode tertentu untuk kemudian difasilitasi dengan kegiatan yang berkaitan dengan ketertarikannya saat itu. Sehingga kita sebagai ibu/fasilitator harus ekstra mengamati tumbuh kembang  anak dan ketertarikannya. Anak pun bebas memilih kegiatannya bahkan diperbolehkan berulang-ulang melakukan kegiatan yang sama. Jadi anak berkegiatan sesuai dengan kemauan atau ketertarikannya, merekalah yang merancang kegiatan dan fasilitator cukup memfasilitasi dan memberi ruang untuk anak bereksplorasi serta menahan diri untuk tidak berkomentar/mengoreksi anak saat sedang eksplorasi.

_Keep Calm and Follow the child, Keep calm and Chase Your Dreams_
-Elvina Lim Kusumo-

Kesempatan berekspresi secara merdeka sesuai dengan keinginan anak juga menjadi perhatian penting dalam pendekatan Montessori. Kemerdekaan yang dimaksud adalah membebaskan anak sehingga anak dapat bertindak dan bersikap sesuai harkat mereka sebagai anak dan di hargai sebagai individu yang punya perasaan seperti orang dewasa ( *Respect the child* ). Adanya penggunaan alas kerja dalam kegiatan Montessori salah satu tujuannya juga untuk menghargai hak dan perasaan anak, yaitu dengan adanya alas kerja akan jelas teritori atau batasan wilayah agar tidak saling mengganggu dan menghormati wilayah kerja masing-masing serta sebagai wujud  interaksi sosial dan komunikasi dimana anak dilatih untuk meminta izin terlebih dahulu jika ingin menggunakan alat yang sama atau ingin berkegiatan bersama-sama termasuk didalamnya hak untuk mengizinkan atau pun menolak.

_Play is the work of the child_
-Maria Montessori-

Sumber bacaan :
_Indonesia Montessori.(2015), “Kegiatan Keterampilan Hidup” https://indonesiamontessori.com/keterampilan-kehidupan-pendekatan-montessori-practical-life-skills/ (5 Oktober 2017)_

_Montessori sos., http://www.montessorisos.com/montessori-philosophy/ (5 Oktober 2017)_

_Info montessori., http://www.infomontessori.com/ (5 Oktober 2017)_

_Kusumo Elvina, Montessori di Rumah, 2016_

🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿

1⃣ Pertanyaan dari Bunda Puji
πŸ’¬ T : Bagaimana melatih anak menggigit makanan, usia anak saya udah 2 tahun tapi kalo makan mintanya dipotong-potong nggak mau digigit sendiri ? Terimakasih.

πŸ’¬ J : Assalamu'alaikum Bunda Puji 😊..
Bunda, mungkin inget ya dulu anak kita saat usia dibawah 1 tahun suka banget memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Nah sebenarnya mereka sedang masa sensitive atau biasa disebut periode sensitive dimana mereka sedang tertarik dengan sensasi di mulutnya. Ada rasa penasaran kalau sesuatu dimasukkan kedalam mulutnya. Disitulah moment yang tepat untuk kita memfasilitasi mereka sekaligus melatih otot mulut dan rahangnya. Dengan menyediakan makanan yang bisa digigit & dipegang langsung. Namun jika sudah terlanjur terlewatkan fase tersebut kita bisa bantu dengan menyediakan kegiatan yang menarik dan kita juga ikut terlibat didalamnya. Contohnya yang sesuai dengan metode montessori kita coba ambil kegiatan di area sensorial. Bunda bisa ajak ananda main tebak rasa dengan menyediakan aneka buah potong atau sayur potong bisa juga cemilan seperti biskuit. Mata ananda boleh ditutup nanti bergantian dengan bunda. Nah kalau anak saya suka nih diajak berkegiatan seperti ini. Boleh nanti dicoba ya Bun 😘 ✅

2⃣ Pertanyaan dari Bunda Fiqoh - Ajibarang
πŸ’¬ T : 1. Dalam metode Montessori lebih menitik beratkan pada pengalaman, apakah pengalaman yang bisa membuat anggota badan terluka akan memberikan pelajaran pada si anak? Misalnya anak ingin membantu ibu memasak, dan memegang pisau. Kalau tidak di kasih anak nangis kejer, kadang di situ saya was-was anak terluka karena pisau. Tidak apa-apakah bun saya kasih pisaunya?

2. Media apakah yang cocok untuk menunjang metode Montessori untuk anak 2 tahun? Terimakasih.

πŸ’¬ J : Halo Bunda Fiqoh 😊
1. Pengalaman disini maksudnya anak merasakan sesuatu secara langsung. Tapi bukan berarti kita dengan sengaja membiarkan anak terluka. Untuk berkegiatan di dapur memang butuh pengawasan extra. Sebelumnya tentu kita terlebih dahulu menjelaskan kepada anak bahwa pisau itu tajam. Sehingga perlu berhati-hati saat menggunakannya. Nah dari Maria Montessori sendiri menyarankan untuk memakai pisau real namun dengan tingkat ketajaman yang aman untuk anak seperti pisau roti. Dengan ukuran kecil agar mudah dipegang. Tapi bagaimana jika anak ingin memakai pisau milik kita? Saya sendiri di rumah menerapkan konsep kepemilikan. Jadi ada pisau saya, ada pisau anak. Kalau anak mau pakai punya saya harus izin & sudah saya jelaskan sebelumnya aturan saat dia menggunakan pisau tsb. Misalnya dengan kehati-hatian yang extra, dengan pengawasan saya dstnya.

2. Media yang paling utama adalah kehadiran diri kita utuh jiwa & raga, kemudian kita bisa memanfaatkan apa yang ada di rumah terlebih dahulu. Mencari tahu ketertarikan anak baru kita fasilitasi ketertarikannya dengan kegiatan yang sedang diminati tersebut. Montessori memiliki peralatan yang disebut apparatus, untuk usia 2 tahun bisa kita kenalkan dengan area sensorial & practical life. Untuk sensorial apparatus-nya seperti pink tower, knobed cylinder, knobless cylinder, brown star, color tablet, papan halus kasar, sound box, dsbnya. Tapi jika tidak ada kita bisa membuat DIY nya atau memanfaatkan apa yang ada di rumah. Yang terpenting kita paham apa kegunaan & tujuan dari media tsb. Misal papan halus kasar, kita bisa ganti dengan kulit buah atau kita buat DIY nya dari amplas. ✅

πŸ“ Noted. *Media yang paling utama adalah kehadiran diri kita utuh jiwa & raga.*

3⃣ Pertanyaan dari Bunda Vori
πŸ’¬ T : Assalamu'alaikum
1. Buku atau literatur recomended yang berisi tentang contoh-contoh montessori apa aja??

2. Dari mana sebaiknya kita memulai montessori untuk anak usia batita??

3. Pada rentang usia berapa sampai berapa, metode mountessori efektif digunakan?

πŸ’¬ J : Wa'alaikumsalam Bunda Vori
1. Contoh kegiatan bisa Bunda lihat di Web IndonesiaMontessori.com,  Buku Montessori dirumah, raisingamontessorian.com, infomontessori.com
Ini juga ada beberapa kegiatan yang saya lakukan bersama anak saya  bisa buka di sini ya Bun http://bit.ly/2gtVKb5
Untuk buku masih banyak  karangan luar Bun.

2. Untuk memulai kita bisa mengajak anak melakukan kegiatan keterampilan hidup seperti menuang, menyendok, melipat baju. Juga kegiatan yang berkaitan dengan sensorial seperti pengenalan rasa, tekstur, warna juga bentuk.

3. Sampai 12 tahun Bun. Untuk memulai tergantung kegiatan yang akan kita hadirkan. Di bawah satu tahun pun sudah bisa. Jadi tergantung kegiatannya ✅

4⃣ Pertanyaan dari Bunda Puji - Tegal
πŸ’¬ T : Bagaimana cara atau tips melatih anak percaya diri didepan orang banyak ?

πŸ’¬ J : Kalau saya, lebih senang dengan proses inside out Bun. Jadi dimulai dari rumah dengan memberi ruang untuk anak mengurus dirinya sendiri, memilih warna atau jenis baju yang akan dipakai. Memberi kesempatan pada anak untuk bercerita & menuangkan idenya. Kemudian memberi kesempatan pada anak mengambil peran atau tugas harian di rumah. Dengan kita memberikan ruang kepada mereka nantinya akan tumbuh sendiri rasa kepercayaan diri anak, mereka akan lebih yakin dengan kemampuan dirinya.
Saya sudah mengalami sendiri. Di suatu acara  dongeng, saat MC meminta anak-anak maju bercerita, tanpa disuruh, anak saya tiba-tiba tunjuk tangan & berani maju ke depan untuk bercerita. ✅

πŸ”  Bunda Efi
Mulai dari usia berapa ini bunda sebaiknya diterapkan?

πŸ”‚ Saya mulai ketika anak saya sudah bisa menunjuk Bun. Jadi saat anak sudah bisa diajak komunikasi dua arah walau masih dalam bentuk bahasa tubuh. Bertahap dari memilih baju.

πŸ”€ Dan kita sebagai orang tua memberikan apresiasi ke anak ya bun agar rasa percaya diri tetap anak tumbuh, begitu bukan bun?

πŸ”‚  Betul sekali bun. Apresiasi sangat penting. πŸ‘ ✅

πŸ“ Noted. *Sangat penting memberikan apresiasi terhadap anak.*

5⃣ Pertanyaan dari Fadhila Rahma P.
πŸ’¬ T : Untuk Montessori itu berdasarkan umurkah? Misal keterampilan apa untuk umur berapa, atau kita bisa mengajarkan keterampilan apa diumur berapa? Mungkin bisa diberikan uraian kegiatan apa saja untuk masing-masing kelompok umur?

πŸ’¬ J : Bunda Fadhila, Ada istilah follow the child dalam Montessori. Disini maksudnya kegiatan yang dihadirkan mengikuti ketertarikan anak. Jadi anak satu dengan anak lainnya diusia yang sama bisa saja melakukan kegiatan yang berbeda karena ketertarikan yang berbeda. Begitu juga sebaliknya usia berbeda tapi bisa jadi mereka sedang tertarik dengan hal yang sama sehingga melakukan kegiatan yang sama. Di sekolah Montessori sendiri dalam satu kelas beragam usia digabung yaitu 3 - 6 tahun, 6 - 9 tahun &  9 - 12 tahun. Dengan harapan yang kecil bisa belajar dengan yang lebih besar begitu pun yang besar bisa memberi contoh kepada yang kecil. Jadi belajar tidak harus dari yang besar bisa juga yang lebih besar belajar dari yang lebih kecil. ✅

6⃣ Pertanyaan dari Bunda Rini - Purwokerto
πŸ’¬ T : 1. Saya sempet beli macam-macam buku tentang metode ini, tapi masih bingung penerapan realnya ya. Abis kalo liat web alat peraganya mahal-mahal gitu πŸ˜….

2. Usia berapa mulai diterapkan hingga usia berapa?

πŸ’¬ J : Halo bunda Rini.. Alat peraga Montessori memang agak mahal Bun. Karena bahan & ukuran yang dibuat presisi serta adanya control eror. Tapi, jika kita ingin menerapkan Montessori sebaiknya pahami dulu  filosofinya. Untuk alat-alat bisa banget pakai yang ada. Walaupun alat-alatnya memang memiliki kelebihan tersendiri tapi saat kita gak bisa menghadirkan alat tersebut bukan berarti kita gak bisa menerapkan Montessori. 😘

Nah Montessori ini enaknya belajar face to face Bun karena ada hal-hal yabg harus di presentasikan & gak bisa lewat tulisan πŸ˜‰ tapi gak menutup kemungkinan untuk belajar otodidak dari web & buku. Karena awalnya saya pun belajar otodidak. Kemudian privat untuk lebih memperdalam. Tentang usia sudah tadi diatas ya bun. ✅

πŸ” Bunda Efi
Berarti kita harus memahami terlebih dahulu, jenis kegiatan yang akan kita berikan ke anak ya bun, terutama tujuan pembelajarannya, ketika tidak dapat menemukan alat yang sama, bisa kita ganti (subtitusikan) dengan alat yang lain, akan tetapi tujuan tercapai. Begitu ya bun?

πŸ”‚ Iya Bunda Efi bener. Dan yang terpenting lagi pahami dulu filosofi setiap alat, filosofi dari Montessori itu sendiri. ✅

πŸ“ Noted. *Dan yang terpenting lagi pahami dulu filosofi setiap alat, filosofi dari Montessori itu sendiri*

7⃣ Pertanyaan dari Ekadewy
πŸ’¬ T : 1. Apakah alat-alat Montessori bisa menggunakan alat seadanya di rumah Bun ?

2. Apakah metode Montessori juga ada kurikulum terstruktur Bun ? Sebaiknya disusun bareng bersama anak atau bagaimana Bun ?

3. Untuk usia di atas 5 tahun metode Montessori nya dimulai darimana, apa, bagaimana ? 😁 Terimakasih.

πŸ’¬ J : Hallo Bunda Ekadewiy
1. Tentang alat sama seperti jawaban untuk bunda Rini ya 😘

2. Kurikulum berupa area-area bun. Ada 5 area yaitu sensorial, practical life, math, language & culture & science. Masing-masing dilakukan bertahap dari yang sederhana ke kompleks lalu dari konkret ke abstrak. Mungkin nanti saya titip ke Bun Efi ya saya coba buatkan list lengkap per kegiatannya. Namun itu tidak mengikat karena kita tetap harus melihat ketertarikan anak.

3. Dimulai dari ketertarikan anak Bun. Misal anak sudah suka dengan angka silahkan mulai kenalkan konsep kuantiti. Anak sudah suka dengan huruf silahkan kenalkan phonics huruf. Untuk keterampilan hidup & sensorial ini menu wajib yang akan jadi modal dasar URL lanjut ke area lainnya. Jadi usia berapa pun saat memulai mulai dengan keterampilan hidup & sensorial. ✅

πŸ” Bunda Evin
Metode montessori ini memang tepat sekali diterapkan untuk si kecil terutama yang sudah di jelaskan Bunda Ria untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada anak.
Nah..selain itu ada manfaat lainnya tidak yah bun??

πŸ”‚ Insya Allah ada banyak Bun selain yang juga sudah saya tulis dimateri juga untuk membantu anak senang belajar. Memberi ruang untuk anak merasakan dunia bermain yang menyenangkan & bermakna. Sehingga mereka tumbuh dengan bahagia.

πŸ”€ Subhanallah... Memang banyak sekali manfaatnya yah
Semakin tercerahkan & banyak memberikan semangat baru untuk membersamai ananda.

πŸ” Bunda Fadhila
Untuk sensorial & practical life saya ada bayangan, kalo untuk math, language & culture & science boleh dijelaskan & diberi contoh sedikit mungkin Bun.

πŸ”‚ Untuk math bisa dimulai dengan mengenalkan konsep quantity. Sambil berpratical life juga bisa misal menghitung takaran gula saat membuat teh. Atau langsung mengenalkan quantity dengan menggunakan beads / kacang-kacangan disertai bentuk angkanya / kartu angka. Ada di link yang saya kasih tadi diatas contohnya ya Bun.

Mencocokan gambar dengan bentuk real juga termasuk area math. Mengenalkan bentuk dua dimensi, dsbnya.
Bahasa bisa dimulai dengan mengenalkan bunyi huruf misal huruf B bunyinya Beh. Pakai lagu juga bisa.
Bola besar beh beh beh
Bola besar beh beh beh
Beh beh beh bunyi huruf B

Baru masuk ke sand letter paper meraba hurufnya.
Kemudian lanjut ke huruf berpindah (large movable alphabet), kartu merah muda (dua suku kata bermakna disertai gambarnya) ✅

πŸ’Œ *Penutup*

πŸ’Ž Bunda-Bunda yang cantik para pembelajar sejati. Banyak diantara kita yang justru menjadi tidak rileks saat menerapkan metode Montessori dalam mendampingi tumbuh kembang anak-anak kita. Salah satu hal yang sering membuat kita tidak rileks dalam menerapkan metode montessori adalah kebutuhan akan adanya apparatus montessori dalam proses belajar anak. Tidak di pungkiri apparatus Montessori adalah model ajar yang sangat akurat dan luar biasa indahnya namun Montessori bukan hanya tentang apparatus saja, ada hal mendasar lain yang lebih penting untuk dipahami yaitu konsep dasar montessori itu sendiri.

πŸ’Ž Adanya apparatus montessori bukan berarti dalam penerapannya kita harus menggunakan semua apparatus tersebut. Ada banyak hal di dalam dan lingkungan sekitar rumah yang bisa kita manfaatkan. Bahkan ketika kita tidak handal ber-DIY pun ada banyak sekali benda-benda natural di alam yang sudah Allah siapkan. Sehingga kita tidak perlu memaksakan diri untuk menghadirkannya di rumah.
Jadi mari kita merileks & optimis tanpa harus dipusingkan dengan segala printilan parenting, memaksimalkan potensi diri dan lingkungan sekitar.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

2017/10/06

Mood Booster

Penyemangat utk kita semua✊🏻✊🏻

Dari  Ust. Harry Santosa

Jika anda berjuang tanpa pamrih, maka Iblis pun demikian
Jika anda berjuang dengan gigih dan pantang menyerah, maka Iblis pun demikian
Jika anda berjuang dengan rajin dan tekun, maka Iblis pun demikian
Jika anda berjuang dengan setia kawan dan tolong menolong, maka Iblis pun demikian
Jika anda berjuang dengan smart dan cerdas, maka iblispun demikian
Jika anda berjuang sampai hari kiamat, maka Iblispun demikian
Ini semua hanyalah cara sukses, bukan jalan sukses

Maka sebelum tergesa kepada cara sukses temukanlah jalan sukses sejatimu sehingga Allah ridha padamu,
Ingatlah bahwa jalan suksesmu sudah terinstal rapi dalam fitrahmu
Maka didiklah dirimu selaras fitrahmu yang itu kelak akan menjadi panggilan hidup terindahmu dari Tuhanmu
Maka lalu berjuanglah pada jalan hidupmu sendiri yang itu adalah kesejatianmu sebagai peran terbaikmu dari Tuhanmu
Maka kemudian pandulah ia dengan Kitabullah yang Mulia agar ia menjadi beradab (berderajat dan bermartabat) mulia sehingga banyak menebar manfaat dan rahmat bagi semesta bagai cahaya yang menerangi

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak

Egosentris (Ego Anak) by kulwap WAG Rumah Bintang

Sub materi pendalaman *Egosentris*

Judul : 
Peran Ayah membangun Ego Anak
(Marsahid AS)

Oleh-oleh dari MAJELIS LUKMANUL HAKIM JINGGA III
27 - 08 - 2016

Ayah punya banyak peran dalam keluarga. Salah satu peran penting Ayah adalah membangun Ego Anak. Salah satu hal yang penting untuk mendidik anak adalah membangun ego. Dan itu jadi salah satu alasan penting kenapa ayah harus hadir dalam pendidikan anak.

TENTANG EGO

Masyarakat Indonesia selama ini mendengar kata Ego sudah jengah. Dipersepsikan negatif, jelek, dan tidak baik. Ego diidentikkan dengan egoisme. Padahal sangat berbeda. Membangun ego jauh berbeda dengan membangun egoisme. Lalu apa yang dimaksud dengan ego?

Ego berasal dari bahasa Yunani, bahasa Jermannya “Ich”, bahasa Inggrisnya “I”, bahasa arabnya “Ana”, bahasa Indonesianya “Aku”. Suka atau tidak suka, aku (gue – ich – ana - i) itu pada dasarnya memang ada. Karena setiap manusia itu adalah sosok pribadi, sosok individu. Anak kembar pun namanya berbeda, kepribadiannya juga berbeda. Hanya manusia makhluk yang tiap-tiap orang namanya berbeda. Binatang tidak memiliki nama. Malaikat, munkar atau nakir itu ada banyak, malik atau ridwan itu ada banyak. Tapi yang memiliki nama per individu hanya manusia. Fitrah manusia itu memang punya individualitas. Dalam bahasa sehari-hari pun dibedakan; aku, kamu, kita, kami.

Jika bicara tentang ego, yang dimaksud ego adalah kepribadian. Berasal dari kata pribadi. Disebut kepribadian karena sifatnya pribadi, orang per orang. Karena itu disebut kepribadian. Maka kepribadian si A beda dengan si B. Jangan alergi dengan kata ego, sebagaimana dengan kata kepribadian.

Saat ini berkembang pendidikan karakter, padahal sesungguhnya itu adalah pendidikan kepribadian. Karakter itu khas, unik, beda satu dengan yang lain. Dalam bahasa arab karakter adalah Qosois. Karakteristik dakwah = Qosoisud Dakwah. Qos, khas, berbeda dengan yang lain. Itulah karakter. Tidak bisa disamakan pendidikan karakter di tiap daerah, di tiap sekolah, atau di tiap kampus. Pemerintah juga sedang ingin menyamakan tentang pendidikan karakter. Padahal pendidikan karakter harus khas, di Bekasi berbeda dengan di Depok, Bogor atau Tangerang. Di Jingga Lifeschool tentu pendidikan karakternya berbed, khas Bekasi.

Kepribadian. Orang yang tidak punya ego berarti tidak punya kepribadian. Sama seperti orang lain. Maka jangan pernah alergi dengan kata ego. Karena ego bicara tentang Aku. Anak yang punya ego adalah anak yang punya kepribadian. Kalau tidak mendidik dan melatih ego anak,berarti anak itu tidak memiliki kepribadian. Tidak menjadi pribadi. Maka dia menjadi “we”, menjadi “kita”.

Jangan sampai anak kehilangan jati diri, tidak lagi berani tampil sebagai “aku”. Anak harus berani “tandang ke gelanggang walau seorang”, tidak takut walau tampil sendiri dan itu butuh ego. Berani tampil sendirian walau semua orang penegak kebatilan, jika punya ego anak akan berani “tandang ke gelanggang walau seorang” sebagai penegak al-haq.

Ego adalah identitas diri. Anak yang tidak punya ego tidak bisa membedakan dirinya dengan orang lain. Orang Indonesia sangat hobi dengan keseragaman. Ego harus muncul agar anak bisa membedakan diri. Agar anak tidak larut dan terbawa. Ketika temannya pakai baju biru, sementara anak ingin baju merah, karena tidak punya ego, anak merasa tidak enak, takut dibilang tidak kompak, sehingga ia ikut pakai baju biru. Padahal biru bukan dia banget. Lalu merembet ke hal lain. Temannya merokok, karena tidak punya ego, takut dimusuhi dll serba taku akhirnya ikut larut. Hampir 100% pengguna narkoba awalnya merokok. Rokok pintu menuju narkoba. Walau tidak selalu perokok adalah pengguna narkoba. Tapi setiap pengguna narkoba selalu diawali dengan merokok. Ikut-ikutan karena khawatir dimusuhi, khawatir dijauhi. Jika ego kuat, maka anak akan mengatakan,”saya sih nggak ingin cari musuh, tapi kalo gara2 begini dimusuhi sih ga masalah.”

Ego masyarakat Indonesia lemah, menyebabkan perubahan2 sulit terjadi. Karena saat ada hadangan, tantangan sedikit saja membuat kita mundur. Kita atau anak2 kita mau beda sedikit saja kemudian ada yang menghadang langsung mundur. Ego orang Indonesia mudah larut, mudah terpengaruh. Sehingga hypnotherapy laku keras. Karena orang Indonesia mudah dihipnotis. Terapi ini efektif tapi sekaligus merusak orang Indonesia. Berbagai hypno (parenting, marketing,dll.) sangat laku. Ustadz Adriano Rusfi sangat menguasai teori2 tentang psikoanalisis sehingga sadar akan efektivitas hipno2.

The most sugestable people in the world adalah orang Indonesia. Sehingga siapapun bisa mempengaruhi orang Indonesia. Jika ada orang duduk di depan saat di bis, kemudian dia iseng saja berdiri dan melihat ke kiri, maka yakinlah bahwa orang-orang yang duduk di belakangnya semua ikut berdiri dan melihat ke kiri.

Lionel Messi saat bermain bola di umur 5 tahun, bolanya asyik digocek saja sendiri. Pelatihnya berteriak menyuruhnya berbagi bola kepada temannya. Tapi Messi tidak mau. Itu sesuai fitrahnya. Tapi saat usianya melewati 7 tahun, Messi rajin berbagi bola kepada temannya. Maka wajar Messi sangat jago menggocek bola, tapi ia juga sosok yang rajin berbagi bola dengan rekan setimnya saat ini. Banyak gol yang diciptakan Suarez adalah umpan dari Messi. Tapi saat Messi mengeluarkan kemampuan individunya, ia sulit dihentikan. Kemampuan berbagi penting, kemampuan individual itu juga penting. Pada saat anak tidak ingin berbagi, maka biarkan saja. Sesuatu yang pada umurnya. Jangan dari kecil anak dipaksa untuk berbagi. Biarkan dia mempertahankan hak milik. “Ini milikku, kamu tidak boleh walaupun kamu adik kandungku. Itu bagus”.u Belajar untuk berjuang mempertahankan hak milik sejak kecil agar saat besar dalam mempertahankan prinsip ia bisa memegangnya dengan kuat.

Tapi jika dari kecil sudah dididik dan dipaksa untuk berbagi, sehingga ia tidak memiliki hak atas propertinya, hak untuk mempertahankan hak miliknya, sehingga ia gampang melepaskan haknya, properti pribadinya. Itu sangat berbahaya, anak yang mudah melepaskan hak. Dalam kitab hak asasi dalam Islam karya DR. Abdul Karim Zaidah, dikatakan bahwa Islam lebih mengutamakan hak daripada kewajiban. Kenapa? Karena yang pertama Haq itu adalah nama Allah. Yang kedua haq itu artinya kebenaran. Yang ketiga hak itu artinya esensi, hakikat. Dan yang keempat hak itu artinya kewajiban. Maka haqqul muslim alul muslim artinya kewajiban muslim atas muslim lainnya. Ada hak fakir miskin pada hartamu, ada hak orang lain pada hartamu, maksudnya kamu punya kewajiban lho pada fakir miskin, pada orang lain. Kenapa Allah lebih suka membaca bahasa hak? Karena manusia lebih suka bicara hak daripada kewajiban. Egoisme manusia membuat manusia lebih asyik jika diajak bicara hak.

Biarkan anak untuk belajar mempertahankan haknya. Jika anak,”ini mainanku, aku nggak mau berbagi sama kamu.” Itu benar jika terjadi di usia sebelum 7 tahun. Jika ia sudah berusia di atas 7 tahun, maka itu salah. Karena di atas umur 7 tahun sudah bicara tentang kewajiban, kebersamaan, sosiabilitas, berbagi. Sebelum ia berumur 7 tahun biarkan ia bicara tentang hak-haknya. Belajar mempertahankan haknya, tidak mudah menyerah, tidak mudah melepaskan properti pribadinya. Agar ia kelak tidak mudah saja melepas properti pribadinya, melepaskan keperawanan, kegadisan, dll. Didik anak dari awal untuk punya ego. Sehingga saat dicolek sedikit, ia bisa melawan,”enak aja lho colek2, tabokin juga nih.”

Salah satu cara mendidik ego anak adalah jangan terbiasa mengintervensi anak pada saat anak sedang mempertahankan haknya, propertinya. Biarkan ia berjuang sejak kecil untuk itu. Hal-hal semacam ini terlihat sepele, tapi sangat berpengaruh.

Wallahu'alam bisshowab.


Resume Tanya Jawab Materi Pendalaman Egosentris
Tanggal : 25 September 2017
.
.
Peran Ayah Membangun Ego Anak (Marsahid AS)
.
.
Pertanyaan pertama

1⃣ Yuli-Purwokerto

1. bagaimana cara ayah membangun ego anak usia batita misalnya
2. apakah boleh melatih sharing sblm usia 7th atau harus saat masuk 7th? dan bagaimana mengatasi anak yg susah berbagi setelah usia 7th.
terimakasih

πŸ“‘

Bunda Yuli,
1. Dimulai dari memberikan identitas yg khas untuk anak, tidak memaksakan kehendak pada anak, tidak memaksanya berbagi, dll. Memberikan identitas yang khas pada dirinya misalnya pakaiannya tidak diseragamkan, jangan segala galanya mesti sama, dan seterusnya.

2. Melatih boleh jika sudah mendekati usia 7 tahun, dg tetap tidak memaksakan. Dengan cara keteladanan, memberikan kisah2 indah ttg berbagi, dll. Kalau stlh usia 7th masih sulit berbagi, berarti ada masalah di fase sebelumnya. Egonya belum terpuaskan. Maka penuhi egonya, walau harus agak dipercepat. Karena sdh bukan lagi fasenya.

*Memberikan identitas khas pada anak. Iya, bisa labeling. Bisa juga pakaian, karena banyak ortu yg senang anaknya bajunya seragam. Bisa juga nama yg sesuai.

2⃣ Wiwit-Purwokerto

Assalamu'alaykum Bu Rima, masyaa Allah tema malam ini bagus sekali. Dan saya termasuk yg tidak terbangun egonya sampai skrg πŸ˜” tp Alhamdulillah Tabarakallah, dpt suami yg sangat terbentuk ego nya sehingga bs menyeimbangkan kerapuhan ego saya. Bahkan bs membuat sy belajar untuk membangun kembali ego meskipun tertatih2..


Insyaa Allah, sbntr lg kami dikaruniai anak pertama dan sedang belajar mempersiapkan diri jd org tua yg baik.

Tentang ego, sering sekali kita terbentur dgn lingkungan yg seolah mewajibkan anak2 berbagi, baik itu mainan, makanan dsb, sejak kecil. Jika tidak mau, bs saja direspon sbg anak yg pelit & egois. Sehingga muncul nada menyindir, mengancam, dll bahkan dr org dewasa yg melihat kejadian tsb. Bagaimana meyikapi dgn bijak hal tsb ya bu?

πŸ“‘

Bunda Wiwit,
Itu hal umum di masyarakat kita. Sikap kita ya sesuai keyakinan kita saja. Jadi ladang dakwah kita juga untuk menjelaskan masalah ini ke lingkungan tersebut. Ajarkan anak utk melawan jika disakiti kalau perlu, karena itu haknya

3⃣ Amrin-Purwokerto

1. Bagaimana cara meyakinkan anak bahwa berbeda itu tidak masalah? Contohnya, dilingkungan kami setiap ada yg ulang tahun rata2 mengadakan pesta, sedangkan kami mengajarkan anak bahwa ulang tahun tidak harus dengan pesta. Berbagi bukan hanya saat ulang tahun, tapi kapan saja. Begitu juga dengan hadiah, tidak harus menunggu ulang tahun.
2. Jika kakak dan adik, si kakak sudah mulai timbul rasa memiliki propertinya sendiri, si adik sedang dalam tahap diajarkan, nah kakaknya jadi suka usil  mainan adiknya. Sdh berkali2 saya bilang tidak boleh meminjam paksa. Jadi yg terjadi, properti kakak hanya milik kakak, tp properti adik milik berdua 😫Bagaimana cara saya menyikapi dua kakak beradik ini? Saya takutnya si adik jd cenderung susah memoertahankan haknya.
3. Untuk meminimalisir rebutan properti, apakah harus membelikan barang serupa untuk kakak dan adik?

πŸ“‘

Bunda Amrin,
1. Ajak anak sering berdiskusi, termasuk sampaikan tentang identitas, visi misi keluarga. Jangan ada anggapan anak masih kecil untuk memahami hal tersebut, insyaAllah dia bisa paham jika kita bicara dengan bahasanya. Ajak anak berbagi di saat ia sedang tidak ulang tahun, di setiap hari jumat misalnya.

2. Sibling rivalry atau pertengkaran kakak dan adik itu justru bagus, bu.
Itulah kenapa Butuh peran Ayah disini, bu.

Ustadz Aad pernah menyampaikan, pertengkaran kakak dan adik itu sangat baik dalam mendidik anak. Kita disarankan untuk tidak melerai pertengkaran kakak dan adik, membiarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri. Kecuali : sudah menggunakan alat/senjata tajam, membully, dan membahayakan kehormatan.

Itu akan efektif untuk mereka belajar menyelesaikan konflik, dan jadi pelajaran bagi mereka jika menghadapi situasi demikian. Contohnya, ustadz Aad pernah mendapat laporan dari putranya bahwa ia tadi di sekolah memukul preman sekolah. Ustadz Aad lalu bertanya darimana adik belajar hal itu? Putranya menjawab bahwa ia pernah diperlakukan demikian oleh kakaknya. πŸ˜…

Tinggal peran ayah untuk memberikan insight peristiwa pertengkaran tersebut.
Menjelaskan tentang barang milik pribadi dan bukan miliknya.
Kita kondisikan adiknya juga untuk tidak memaksa meminta barang yang bukan miliknya.

Ayah harus terlibat terkait mendidik egosentris ini.

3. Usia berapa si kakak? Memang sebaiknya masing2 memiliki properti sendiri2, bu

*usia anak 6 tahun, masih usia egosentris

4⃣ Wisnu

Selamat malam Bu.setelah saya baca penjelasan awal ttg mendidik ego anak.ada beberapa pertanyaan yg saya ajukan :
1. Pemahaman saya antara ego dan kepribadian adalah hal yg berbeda.mohon penjelasaannya.
2. Indikator apa jika seorang anak bahwa ego dlm batas kewajaran dan ego yg sudah mengarah ke sifat yg tdk baik
3. Ego identik dengan ke-AKU-an,mohon penjelasan kapan seorang anak menonjolkan ke-AKU-an ny,dan menonjolkan ke-KAMI-an ny.karena ALLOH pun ada menggunakan kata2 KAMI di beberapa ayat-NYA.terimakasih.

πŸ“‘

Ayah Wisnu,
1. Kalau di tulisan saya, dan yang saya dapat dari materi keayahan bersama Ustadz Adriano Rusfi, Ego disini sama dengan kepribadian. Dimana yang dianggap berbeda?
2. Egosentris tidak sama dg egoisme. Ego dalam batas kewajaran jika yang masih seusia perkembangan dirinya.
3. Usia 0-7 tahun adalah tahapan untuk memuaskan dan menumbuhkan egosentrisnya, pak.
Usia 0-7 tahun adalah fase egosentris.
Puaskan dengan memenuhi fitrahnya.
egosentris beda dengan egoisme. kalo sudah manja, berarti yg keluar egoisme. Jika egosentrisnya telah terpuaskan, insya allah begitu memasuki 7 tahun egosentrisme itu sudah menyusut dengan sendirinya, karena sejak usia 7 tahun orientasi pendidikannya lebih kepada sosiabilitas.

di usia 7 tahun anak harus sudah mulai diajarkan untuk melebar kepada sosial dan tanggungjawab moral. Maka di saat yg sama, anak2 harus dibangkitkan fitrah keimanannya pd aspek ketaatan pd hukum (hakiman) dan ketaatan/kecintaan tunggal (waliyan).

Secara fitrah perkembangan, usia 7 tahun, anak2 mulai mengenal nilai2 sosial di sekitarnya. Maka mereka mulai mengenal Allah sebagai pembuat hukum dan Zat yg harus ditaati secara totalitas.

Bisa dengan mengenalkan kepada ananda ttg indahnya berbagi, persahabatan dengan inside out melalui cerita atau dongeng

*Beda antara egosentris dan egoisme...
Perlu digaris bawahi hal ini, agar kita tidak salah kaprah

🌺Tanggapan diskusi

1. Wisnu

Mohon penjelesanny.bagaimana carany utk mengetagui bahwa ada masalah di fase sebelumnya..karena ad kekhawatiran ketika kita menguatkan ego anak..dan diusia ny ternyata ego itu yg lebih ditonjolkan,kita harus mendidik kembali ttg artinya berbagi,kebersaaman..sementara ego itu sudah cukup kuat melekat di anak.terimakasih

πŸ“‘

Yang tahu ya hanya kedua orangtuanya. Coba tazkiyatun nafs, mengingat-ingat kembali bagaimana ia dididik di usia 0-7tahun. Apalagi jika anak pertama, Ustadz Harry Santosa pernah bilang, kita harus sering2 minta maaf sama anak pertama. Salah satu indikasinya jika ia masih sulit berbagi. Sementara anak yg sudah dikenyangkan egosentrisnya, insyaAllah akan mudah untuk berbagi dan bersosialisasi

2. Amrin
Menanamkan ego pada anak, apa perlu kita sediakan wilayah dan tempat2 properti khusus masing2 anak? Misal kotak mainan, dua anak dua kotak mainan, lemari baju,dll.

πŸ“‘

Iya, benar sekali. Itu sangat perlu. Agar mereka paham mana yang milik mereka dan yang bukan.

TEMPER TANTRUM DALAM ISLAM (WAG Rumah Bintang)

TEMPER TANTRUM DALAM ISLAM
Oleh : Etty Sunanti

Beberapa hari ini saya gusar, melihat sebuah status di akun fb, seorang ayah yang membiarkan anak balitanya mengamuk, hingga sampai tertidur di jalan saat terik Matahari. Sudah begitu, sang anak posisi di bawah kaki sang ayah. Sang ayah justru merasa  cuek dan bangga dengan sikapnya yang sudah merasa benar dengan kondisi anak tersebut. Karena merasa sudah memiliki *ilmunya tentang temper tantrum*. Membiarkan anak, karena itu merupakan fase yang sudah wajar dilaluinya. Dan anehnya, like dan followernya sangat banyak, mungkin para netizen baru mendengar istilah tersebut. Jadi seolah seru kalau rame rame berkomentar.

Sayangnya penulis status tidak menjelaskan secara detail bagaimana Temper Tantrum, itu yang membuat saya galau bin gusar. Tulisan beliau hanya singkat saja. Karena perlakuan temper tantrum ada tahapan yang harus di fahami. Dan harus benar-benar di mengerti oleh para orang tua. Jangan sampai mengambil kesimpulan yang sempit, yang akan membahayakan anak itu tersendiri.

Karena saat anak mengamuk, dan tidak di fahami orang tua. Dadanya terasa sakit, dan bisa menyerang gangguan pada Jantung dan Otaknya. ( ini secara medis )
Karena setiap anak memiliki kekebalan tubuh yang berbeda.

Pun demikian, kehormatan diri anak juga merasa tercabik. Sungguh amat di sayangkan.

Dalam Islam, justru lebih detail lagi. Karena, melihat persoalan tidak sebatas urusan fisik tetapi juga urusan metafisik. Yang mana kemampuan setiap orang berbeda tingkatan pemahamannya. Artinya keterbatasan ilmiah masih pada tataran gejala fisik, belum menjangkau yang metafisika.

Dalam Oxford Dictionary, kata Temper dan Tantrum berasal dari bahasa Inggris yang berarti sebagai berikut :
1. Temper :
- fact becoming angry very easily
- short periode of feeling very angry
2. Tantrum : out burst of bad temper especially by a child.

Dalam beberapa literatur bisa saya simpulkan, makna Temper Tantrum sebagai berikut.
1. Letupan amarah anak di saat menunjukkan kemandirian dengan sikap negatifnya.
2. Ledakan emosi yang biasanya dikaitkan kepada anak atau orang dalam kesulitan emosional. Yang di tandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, pembangkangan, mengomel, marah-marah. Sebagai resistensi terhadap upaya untuk menenangkan. Dan dalam beberapa kasus kekerasan, kendali fisik bisa hilang. Anak atau orang tersebut mungkin tidak dapat diam. Dan bahkan jika tujuan dipenuhi sekalipun masih tidak bisa tenang.

Secara psikologis, biasanya secara umum, Temper Tantrum sebagai gejala yang di miliki pada anak usia balita. 2 sampai dengan 4 tahun. Tetapi menurut hemat saya, kejadian temper tantrum bisa menimpa anak usia sampai 10 tahun. Bahkan pada kasus tertentu bisa di miliki anak usia baligh/remaja. Tapi ini sangat jarang.

A. SEBAB TERJADINYA TEMPER TANTRUM

Anak, khususnya balita ketika sedang lepas kendali. Keadaan dirinya sedang kacau, bingung dan berantakan. Keinginannya harus dipenuhi saat itu juga. Karena anak balita tidak mengenal konsep "nanti". Sehingga tidak dapat menunda/menunggu pemenuhan atas keinginannya. Karena keinginannya tidak terpenuhi, ia merasa tidak puas dan frustasi.

B. HAL-HAL YANG MEMBUAT ANAK FRUSTASI

1. Tidak mendapatkan apa yang di inginkan.
2. Tidak mampu melakukan sendiri.
3. Menginginkan orang tua melakukan sesuatu yang bertentangan.
4. Tidak mengetahui apa yang di inginkannya.
5. Tidak mampu menjelaskan apa yang di inginkannya.
6. Tidak mampu mengendalikan sesautu.
7. Di salah fahami
8. Bosan
9. Lelah
10. Lapar
11. Sakit
12. Mencontoh tindakan orang tua/orang lain yang salah.

Dan ketika dalam kondisi tersebut di atas, mereka merasa terabaikan, maka mereka akan mengamuk.

C. TINDAKAN ORANG TUA MENGANTISIPASI DAN MENANGANI TEMPER TANTRUM

Berikut adalah tindakan secara umum, yang bisa dilakukan para orang tua. Tanpa membedakan agama ataupun keyakinan. Tindakan ini dalam Islam di sebut Al Fitrah. Artinya tindakan yang bisa di terima secara ilmiah, baik psikologi atupun bersifat fisik/logis.

Orang tua seharusnya harus memahami 3 fase dalam Temper Tantrum.
1. Fase sebelum terjadi amukan ( antisipasi )
2. Fase pada saat mengamuk
3. Fase sesudah mengamuk

Berikut penjelasan masing-masing fase.
1. Tindakan orang tua, sebelum fase mengamuk.
-  Harus mengenali emosi-emosi tersebut, misal biasanya kalau di ajak pergi suka kabur sendiri. Kalau di biarkan akan hilang, kalau di larang malah sengaja menghilang. Kalau di tegur , malah emosi di depan umum, melawan. Maka orang tua harus faham, bisa jadi dia suka tantangan, maka kalau pergi berilah kepercayaan dan tantangan yang dia suka. Misal biarkan dia berangkat dengan kendaraan terpisah, titipkan sopir angkot yang kita kenal. Agar sampai tujuan yang sama. Dan berbagai strategi yang jitu dari orang tua.
- Berikan contoh yang baik secara kontinyu dan konsisten, jika orang tua memberikan teladan yang baik, Insya'Allah anak juga akan merekam dan menjiplak dengan baik.
-  Anak akan menyesuaikan perlakukan kita. Kalau orang tua lembut, mereka juga akan lembut. Kalau orang tua kasar, maka anak akan jauh lebih kasar. Begitu seterusnya. Istilah saya, orang tua harus memiliki Good Influence, ketika orang tua tenang akan lebih mudah berpengaruh baik pada anak. Jika orang tua panik dan emosional, maka anak juga akan ketularan emosi.
- Memberikan perhatian yang cukup pada anak, maka anak akan merasa puas, aman, dan tenteram dengan sendirinya. Kalau dari awal, orang tua tidak care, tentu saja akan banyak kekacauan hati dari anak-anak.
- Jika orang tua sudah tahu akan sibuk dan tidak mampu menghandel anak, bisa meminta bantuan "penjaga anak" ( hadimat/baby sitter) dengan baik.
- Membawa bekal yang cukup, termasuk buku yang menarik, atau permainan yang mereka sukai. Untuk menyibukkan mereka dengan hal positif.
2. Fase pada saat mengamuk
- Jangan hiraukan, diamkan saja, karena semakin di perhatikan, biasanya cenderung malah semakin menjadi.
- Memegangi anak dengan kuat tanpa mencederai, mendekap dan memeluk. Agar mereka merasa aman.
- Orang tua harus bersikap tegas, peduli dan positif.
- Mengalihkan perhatian anak
- Kalahkan dia dengan suara tegas
3. Fase setelah mengamuk
- Memeluk dan menciumnya
- Jelaskan bagaimana sebenarnya sesuatu yang benar dan baik itu, pada anak.
- Memberikan pemahaman yang mudah mereka terima, jangan membuat nasihat yang berat dan sulit
- Membertahu perilaku seperti apa yang kita inginkan. Agar kejadian tersebut, tidak terulang lagi.
- Memberikan aktifitas positif, seperti olahraga, seni, bermain bersama, kegiatan di alam terbuka, dll.
- Jelaskan dan ajarkan antara kebutuhan dan keinginan.  Kalau kebutuhan harus di berikan, kalau keinginan tidak harus diberikan. Dan bisa di tunda.
- Berikan batasan-batasan khusus, mana yang boleh mana yang terlarang.
- Memberikan wawasan tentang banyaknya pilihan pilihan yang bisa mereka peroleh.
- Di ajarkan konsisten atau istiqomah.

D. DAMPAK TEMPER TANTRUM JIKA TIDAK DI TANGANI

1. Anak akan menggunakan senjata, bahwa amukan bisa membuatnya mendapatkan apa yang di inginkan.
2. Amukan akan bertambah hebat.
3. Mereka semakin pandai bersandiwara, bisa mengamuk di saat banyak orang.
4. Bisa berdampak bipolar ( berkepribadian ganda)
5. Anak semakin lihai memanfaatkan kesempatan untuk mengerjain orang tua/orang lain.

E. PANDANGAN ISLAM DALAM TEMPER TANTRUM

Dalam Al Qur'an surat Al Furqon ayat 74, yang artinya, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami , isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai ^qurrota a'yun^ ( penyenang hati kami ) , dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa."

Orang yang bertaqwa di gambarkan oleh Allah dengan doa seperti itu. Meminta kepada Allah agar memiliki anak yang qurrota a'yun yaitu anak yang menyenangkan hati. Sedangkan akhir akhir ayat tersebut orientasi qurrota a'yun adalah orang-orang yang bertaqwa. Jadi, anak-anak yang qurrota a'yun adalah bekal menjadi anak yang bertaqwa.

Anak yang mengamuk, meskipun itu ada fasenya mengamuk secara ilmiah. Tetapi bisa di cegah, bisa di antisipasi. Seperti penjelasan pada fase sebelum mengamuk.  Telebih hadits yang sering kita sebutkan, walaa taghdhob falakal jannah, "Jangan marah maka kamu akan masuk Surga". Artinya kemarahan pada siapapun bisa di kendalikan, dan bisa di hilangkan.

Kondisi, anak yang qurrota a'yun tidak mungkin kalau dia sering mengamuk. Atau tidak mungkin, kalau tidak punya kendali yang baik. Anak yang qurrota a'yun adalah anak-anak yang tenang yang menyenangkan hati, meskipun dia masih balita sekalipun. Sehat, lucu, suka tersenyum manis, manja, menggemaskan, dan sangat riang gembira.

Kunci utama, agar anak tidak mengalami Temper Tantrum tentunya, orang tua harus memberikan hak-haknya pada anak dengan baik. Kalau hak mereka kita abaikan tentu saja, mereka akan marah. Dan ini sebuah kedholiman orang tua. Bukan salah anaknya, lalu mencari pembenaran "Oh biarkan saja, dia mengamuk, nanti kan diam diam sendiri, ben ora numan, biar tidak manja, biar dia rasain, lagian memang dia masanya tantrum kok. Dia memang ada bakat tantrum kok. Sudah biarin saja. "
Nah.. pendapat seperti ini jelas salah.

Pasti ada hak yang belum kita berikan kepada mereka. Atau kewajiban kita sebagai orang tua belum kita lakukan.

Dalam urusan hak anak tersebut, sampai Rasulullah Muhammad bersabda di dalam Hadits riwayat Ashabussunnah, Imam Ahmad dan Ibnu Hibban dari Annu'man bin Basyir R.A. yang artinya, "Berbuat adil-lah di antara anak-anakmu, berbuat adil lah di antara anak-anakmu, berbuat adil lah di antara anak-anakmu.."

Dalam Al Quran surat Al Maidah di akhir ayat 8 di sebutkan, i'diluu huwa aqrobu littaqwa, yang artinya, "... Berbuat adil-lah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.."

Adil di sini bermakna kita benar-benar memberikan hak mereka dengan baik. Begitupun kita harus melakukan kewajiban dengan baik. Misal, kalau anak lapar tentu dia akan mengalami emosi yang buruk. Berapa banyak, orang tua asyik bermain gadget, anak-anaknya asyik bermain sampai lupa makan. Tiba-tiba saja anak menjadi demam, dan menangis berkepanjangan.  Atau seorang ibu yang tidak kreatif, ketika anaknya tidak mau makan, ya sudah, mau bagaimana lagi. Ini jelas orang tua yang dholim. Yang merampas hak hak anak.

Atau adil bermakna memberikan hak anak sesuai porsinya secara proporsional. Tidak pilih kasih, hanya anak tertentu yang diperhatikan. Sedangkan ada anak yang di abaikan. Pasti dia akan protes dengan kemarahan.

Nah, seharusnya orang tua wajib faham tentang hak anak yang harus dipenuhi. Karena itu perintah Rasulullah Muhammad Sholallahu 'alaihi wassalam. Agar orang tua berbuat adil kepada anaknya. Bahkan sampai 3 x di sebut, artinya ini benar-benar emergency.

Dalam Islam, tangisan pada anak atau manusia sangat rentan dengan gangguan Jin atau Syaithan. Jadi harus benar-benar di bedakan, menangisnya itu karena postif atau karena gangguan. Hal ini sebagai orang tua juga harus peka.

Seperti halnya, sebuah hadits yang di riwayatkan Abu Hurairah. Abu Hurairah berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda, "Tiada seorangpun dari anak keturunan Adam yang baru di lahirkan, kecuali syaithan menyentuhnya ketika ia dilahirkan. Sehingga dia menangis karena sentuhan Syaithan itu. Kecuali Maryam dan Putranya" . Kemudian Abu Hurairah berkata, "Jika kalian tidak keberatan bacalah firmanNya,"Wa inni u'iidzuha bika wadzurriyatahaa minasyaithonirrojiim" ( Al Quran surat Ali Imran ayat 36 ) yang artinya, "Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya (pemeliharaan) Engkau daripada syeithan yang terkutuk."

Ibnu Abbas R.A. berkata, "Setiap bayi yang lahir pasti menangis, kecuali Isa Putra Maryam. Bayi itu menangis, karena perutnya diperas oleh Syaithan sehingga si bayi menjerit. Dengan demikian azan yang di serukan di telinga sang bayi akan menjadi pukulan balasan terhadap syaithan yang selalu berupaya dengan sekuat tenanganya untuk merusak keturunan Adam dan menghancurkan generasinya."

Sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah dan RasulNya, apa iya kita tidak mau percaya dengan perkataan Rasulullah dan Shahabat Rodhiyallahu anhum ?

Tentu saja, dalam pembahasan ilmiah tidak akan mungkin menjangkau membahas sesuatu di luar sebatas pengamatan manusia semata. Sedangkan Islam sebagai Agama Langit, akan memberikan informasi kepada kita segala sesuatu yang tidak kita ketahui. Dan kita wajib mengimaninya. Karena kita yang butuh tata cara agar mampu menyelamatakan kita dan keluarga kita agar lolos hingga yaumil hisab. Dan itu di awali dengan anak-anak yang qurrota a'yun, yang selalu riang gembira, bukan anak-anak yang temperamental. Dan ini , kita sebagai muslim wajib mewaspadainya.

Ada cara-cara yang belum di lakukan secara ilmiah, tetapi mujarab menghilangkan tantrum. Contoh kasus, anaknya adik saya, si Allam waktu itu masih balita sekitar 5 tahun kurang. Tiba-tiba bangun tidur, dan marah-marah, teriak teriak, menangis menjerit-jeit tidak karuan. Adik dan ibu saya bingung, karena di diamkan dengan berbagai cara tidak mempan. Sudah tidak bisa di ajak komunikasi secara normal seperti biasanya. Dia minta lemari yang barusan kami pindahkan tempat, dia menyuruh mengembalikan ke tempat semula. "Balekno nggone.. balekno nggone.. " dengan histeris teriak teriak. Padahal bangun tidur, tidak ada masalah. Semua orang kebingungan maksudnya apa itu ? Lalu ibu saya teringat kalau assidr bisa mengusir gangguan Jin / Syaithan dalam tubuh manusia. Segera ibu mengambil Heaven Assidr,  serbuk daun assidr yang di sunnahkan untuk mengusir gangguan Jin dan mensucikan badan. Kemudian, ibu balurkan assidr yang sudah di campur air, dan di baurkan ke seluruh badan si Allam. Subhaanallah dalam hitungan menit, Allam langsung terdiam dan kembali normal. Dia sudah bisa tersenyum dan melakukan aktifitas seperti biasanya. Sungguh aneh bukan ? Tapi begitulah faktanya..

Allah dan RasulNya menginginkan segala sesuatu terjadi dengan baik terhindar dari segala gangguan Syaithan. Begitupun pada seorang anak. Anak-anak yang dalam pengasuhan secara Islami dan di tangani oleh orang tua yang berilmu, berhati lapang, tenang, dan senantiasa setulus hati mengasihi anak-nya. Mereka akan menjadi anak-anak yang benar-benar qurrota a'yun. Bukan sekedar isapan jempol semata.

Saya meliliki seorang teman ummahat yang sholihah, suaminya laki-laki yang sholih. Beliau memiliki 11 anak. Subhaanallah, anaknya kecil kecil mungil. Usianya hampir selisih sedikit sedikit. Kalau ke rumah saya, anaknya yang kecil kecil, tidak pernah "nakal". Tidak pernah "rewel". Tidak pernah "berebut". Alhamdulillah anak-anak beliau sudah anak 6 yang hafidz Quran. Inilah bukti bahwa qurrota a'yun itu memang ada dan benar. Beliau adalah keluarga yang berusaha memahami dan mengamalkan Islam beserta sunnahnya dengan baik. Dari cara mereka berkehidupan, itu sudah modal besar untuk terhindar dari Temper Tantrum.

Jadi, kesimpulannya Temper Tantrum dalam Islam adalah :
1. Ledakan Kemarahan akan ada pada anak, jika orang tua tidak memberikan hak-haknya dengan baik. Orang tua wajib melakukan kewajiban sebaik-baiknya menjadi orang tua.
2. Akhlaqul Karimah serta kedekatan orang tua kepada Allah akan berimplementasi positif pada anak. Dan pasti hal tersebut akan meminimalisir emosi atau tantrum.
3. Melakukan sunnah-sunnah Rasulullah, akan menghindarkan hal hal buruk, yang tidak bisa kita ketahui secara kasat mata. ( ghaib )
4. Untuk menjadikan Qurrota A'yun pada anak di butuhkan ilmu pengetahuan yang mumpuni.  Selagi Ilmu Pengetahuan tersebut yang bertujuan baik, dan tidak melanggar syariat, dan itu bagian dari Al Fitrah manusia, maka kita bisa menerimanya dan kita terapkan sebagai bahan antisipatif pada Temper Tantrum.

Semoga manfaat..
Allahu A'lam bishowwab..

#anak #parenting #artikelparenting #selfreminder #muhasabah #esp #beamazingmother #amazingparent #islamicparenting #educate #edukasi #pendidikan #duniaanak #tantrum #tempertantrum #qurrotaayun #emosianak #emosiorangtua #orangtuahebat #ayahibu #ettysunanti #pendidikananak

Psycho Coffee (WAG Rumah Bintang)

Psycho Coffee for Thursday

Oleh : Ani Ch, penulis dan pemerhati pendidikan keluarga

Aqidah Akhlaq  Edition
28 September 2017

Tantangan Pendidikan Iman

☕▫☕▫☕▫☕▫☕

Seorang anak dibawa ke tempat konsultasi saya. Anak lelaki kelas 3 SD, dikeluhkan karena manja, belum tumbuh tanggung jawab, akhirnya motivasi belajarnya juga buruk. Singkat cerita, orangtuanya yang menjadi pangkal masalah karena cenderung tidak tega pada anak. Maka kemudian saya menawarkan beberapa tugas kemandirian yang akan dilakukan anak, seperti mengurus diri sendiri ketika pagi, membereskan baju kotornya, merapikan kamarnya, dan beberapa alternatif lain yang intinya, orangtua tidak boleh membantu/melayani anak. Ada satu tugas, yang ditolak oleh sang ibu yaitu _biarkan anak berjalan kaki ke tempat parkir, jangan menjemputnya persis di gerbang sekolah_. Karena bagi saya ini namanya malayani anak, bahkan si ibu bercerita seringkali harus berputar lebih dari tiga kali, hanya untuk menemukan anaknya 'tepat' digerbang.

Kenapa bu?
_Jauh bu ani jalannya.._
Ya kan memang itu tujuannya, supaya dia sedikit mengenal kerja keras.
_Parkir di sekolah anak saya susah, dan akhirnya dia harus menyeberang jalan. Kan ramai.._
Tidak apa bu, biar dia belajar mencari solusi..menembus keramaian kan butuh keberanian.
_Nanti bisa ketabrak bu.._
Memangnya kalo ketabrak kenapa sih?
_Ya bahaya bu, dia bisa terluka, dia bisa tidak selamat._

Bu, cukupkanlah dengan doa saja. Apa ibu tidak yakin Allah akan menjaga anak ibu? Kalau ibu membatasi latihan kemandirian ini, ibu akan dapati masalahnya tidak akan selesai, karena akar masalah anak ini adalah ketidaktegaan ibu. Bahkan jika anak ibu meninggal karena dia latihan menyeberang jalan, dia akan jadi ahli surga bu...umurnya baru 10 tahun. Umur sudah ada ketetapannya, ibu tidak siap jika anak ibu meninggal umur 10 tahun? Anak kan hanya titipan Allah, amanah bu..

☕▫☕▫☕▫☕▫☕

Tantangan utama mendidik iman, adalah *keimanan orangtua* yang belum beres. Bagaimana kita akan mendidik anak optimis pada Allah, saat kita kita sendiri tidak yakin akan pertolongan Allah.

Mengapa ini jadi tantangan? Pada edisi lalu pendidikan iman, dimulai  menumbuhkan *cinta Allah* melalui kisah dan dialog keimanan yang sudah kita bahas sebelumnya. Maka selanjutnya kita perlu mengenalkan  *Allah yang lebih konkrit*

Para ulama banyak menjelaskan bahwa mengenalkan Allah pada anak dilakukan lewat dialog tentang *pola-pola ciptaan Allah*. Langit dan bumi yang nampak luar biasa, matahari, bintang yang indah, tumbuhan hewan yang beraneka ragam, intinya tadabur alam. Anak yang sudah sampai pada pemahaman sebab akibat akan bisa diajak mengamati pola alam ini, pola luar biasa yang tentunya diciptakan oleh Pencipta yang Maha Luar Biasa, Maha Hebat, Maha Kuasa.  Akan muncul berbagai pertanyaan kritis, dan tentunya kita harus sabar menjelaskan pola-pola alam ini dan mengaitkannya, kembali lagi...pada iman. Dan hanya orangtua yang imannya sudah kokoh akan bisa melakukan dialog semacam ini dengan anak.

Kenapa matahari ini cuma kelihatan waktu siang? Karena *Allah sayang pada kita*, saat matahari tidak nampak, dan itu namanya malam, itu waktunya kita istirahat.
Kenapa ini ada ayam jantan dan ada betina?
Karena *Allah ingin manusia terus menikmati* daging ayam. Bayangkan kalo ayam jantaaan semua, atau betinaaa semua. Maka, mereka tidak bisa bereproduksi, tidak akan punya anak yang banyak, punahlah ayam di dunia ini.

☕▫☕▫☕▫☕▫☕

Selanjutnya, kita perlu *mempertontonkan pola pertolongan Allah* pada anak. Tingkat kecerdasan anak sudah sampai pada pemahaman sebab akibat, sehingga segala macam peristiwa harus dilihat dengan sudut pandang *ini kuasa Allah*.

Satu kisah ingin saya bagikan, saya dengarkan lewat ceramah Ustadz Yusuf Mansyur.

Seorang ayah, yang sudah beres keimanannya, diminta uang oleh anaknya untuk daftar _study tour_. Jawaban sang ayah hanya satu : *_sudah minta sama Allah? jangan minta sama ayah, karena hanya Allah yang bisa bikin kamu berangkat _study tour_*. Singkat cerita, setiap hari anak ini berdoa pada Allah, memohon dengan sangat pada Allah selesai sholat 5 waktu, bahkan juga lewat sholat sunnah, terus menerus dia mohon, _Ya Allah berangkatkan aku study tour_. Sampai satu hari sebelum berangkat, diberikanlah uang pada si anak, _"Ini uang, daftarkan ke gurumu, bukan untukmu tapi untuk temanmu yang belum bayar. Untuk keberangkatanmu, serahkan sama Allah, jika takdirmu berangkat pasti berangkat. Lihatlah nanti, yang punya yang belum tentu bisa daftar, yang tidak punya uang belum tentu tidak berangkat. Semua Allah yang mengatur_

Dan ketika hari H keberangkatan, anak ini tetap disuruh berangkat sekolah, *_tetap yakin pada Allah_* begitu kata Ayahnya. Dan benarlah, rombongan bis berangkat, tanpa membawanya karena dia tidak terdaftar. Tapi dia menyaksikan, betul kata ayahnya beberapa temannya yang sudah daftar, tidak berangkat karena ada yang sakit, ada keperluan dan sebagainya. *Kuasa Allah* itu sugguh terjadi, begitu bis berangkat datang sebuah mobil mewah, di dalamnya seorang temannya yang ketinggalan rombongan. Temannya ini meminta orangtuanya mengajak si anak masuk, dan mereka menyusul rombongan _study tour_. Barulah si anak sadar, *Allah Maha Kuasa* yang tidak daftar pun bisa berangkat jika sudah takdirnya.

Tentunya ayah anak ini keimanannya beres. Si ayah berdoa dengan penuh keyakinan, _Ya Allah tunjukkanlah pertolongan-Mu pada anakku_.

Orangtua yang belum yakin pada Allah, yang lebih mengandalkan logika daripada suara hati keimanannya, akan kesulitan melakukan pendidikan keimanan semacam ini. Bagaimana kita akan mempertontonkan pertolongan Allah, jika kita sendiri tidak bisa melihat dimana pertolongan Allah itu.

Bunda, materi ini sulit. _Ya dibaca lagi dong, jangan malas_. Bunda yang beriman akan berkata, _Ayo kita mohon pada Allah, besok kamu pasti dimudahkan waktu tes_

Ayah, aku nggak suka diganggu terus, si Dodo jahat. _Besok, kalau kamu diganggu, lawan aja, pukul dia_. Ayah yang beriman akan mengajak anaknya, _Mari kita doakan temanmu, agar berubah jadi baik_

☕▫☕▫☕▫☕▫☕

Seorang anak sekolah di TK, SD, SMP Islam, ketika masuk SMA negri, bergaul dengan non muslim, minta pindah agama. Kenapa? mungkin terlewat pendidikan imannya.

Seorang anak tumbuh di keluarga muslim yang taat, bahkan sampai SMA jadi anak rohis yang sholeh, ketika kuliah entah kenapa ikut gabung dengan kelompok komunis, bisa jadi karena pendidikan aqidahnya belum kokoh. Kadang kita cukup puas, dengan pendidikan Islam yang berkilau prestasi semacam sholat tepat waktu, sholat sunnah, bahkan hafalan Qurannya banyak. Kita lupa menguatkan iman dalam hati, yang tidak tampak itu.

Sekali lagi, tantangan pendidikan keimanan adalah terjaganya keimanan kita sendiri sebagai orangtua.

☕▫☕▫☕▫☕▫☕

For further question or feedback please email psychocoffeemorning@gmail.com