2017/10/11

Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak Melalui Metode Montessori

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

RESUME KULWAP WAG Member IIP Banyumas Raya

πŸ’« Tema : Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak Melalui Metode Montessori
πŸ—“ Hari : Rabu, 11 Oktober 2017
⏳ Pukul : 14.00 - 15.30 WIB
πŸ’– Pemateri : Ria Arianty, ST
πŸ’— Moderator : Efi Afiyani Safitri
πŸ’ Notulis : Eti Sukesih


πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚


πŸŽ“ *Profil*

πŸ‘©πŸ» Nama: Ria Arianty, ST
πŸ‘¨πŸ» Suami : Dimas Wibisono, ST
πŸ‘§πŸ» Anak :  Shazfa Nayyara Gita .W (3 th 6 bln)
🏑 Berdomisili di kota Pontianak
πŸŽ€ Passion : Pendidikan anak dan parenting
πŸ€ Leader IIP Kalimantan Barat
πŸ€ Fasilitator dan Pengurus Pusat HEbAT (Home Education Based on Akhlaq and Talents) Community 
πŸ€ Praktisi montessori dirumah dan HE berbasis fitrah
πŸ€ Pendidikan terakhir : S1 Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta 
πŸ€ Pernah bekerja di Departemen IT PT. Unisem Batam sebagai Programmer

🌼 _IG : ria.mandashazfa_
🌼 _FB : Ria Arianty ( Manda shazfa )_


🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿


*Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak Melalui Metode Montessori*
oleh Ria Arianty

Melalui indra segala informasi masuk ke dalam otak. Anak-anak belajar dan mengenal lingkungannya melalui indra mereka. Kegiatan dengan pendekatan Montessori selalu menekankan pada pengembangan seluruh pancaindra anak. Hands on learning experience adalah salah satu ciri pendekatan Montessori, yaitu anak-anak belajar dan mengenal hal-hal di sekitarnya dengan merasakan dan mengalami sendiri. Kegiatan seperti ini berguna untuk mengasah kemampuan kognitif anak termasuk diantaranya kemampuan memecahkan masalah, membuat keputusan juga meningkatkan kemampuan verbal anak. Sebagai contoh untuk mengenal besar dan kecil, kasar dan halus, lunak dan keras akan disediakan media 2 atau 3 dimensi yang bisa di pegang, di raba, di lihat agar dapat membedakan antara besar dan kecil, kasar dan halus, lunak dan keras secara langsung melalui indranya, kegiatan ini pun otomatis menambah kosakata baru bagi anak. Begitupun saat anak sudah tertarik dengan angka, hal pertama yang akan di kenalkan adalah konsep kuantitas namun bukan berupa selembar kertas atau papan bertuliskan angka 1 sampai 9 melainkan dengan menyediakan benda-benda nyata yang bisa di pegang oleh anak seperti beads, kacang-kacangan, dsbnya atau sandpaper numbers sebuah papan dengan angka diatasnya yang bertesktur agak kasar sehingga anak bisa meraba bentuk angkanya. Hal ini pun dilakukan bertahap mulai dari pengenalan kuantitas melalui benda nyata setelah itu memadukannya dengan kegiatan meraba/tracing menggunakan sandpaper number dengan demikian anak dapat langsung mengasosiasikan bentuk angka dengan kuantitasnya.

Dalam pendekatan metode Montessori terdapat 5 area pembelajaran yaitu keterampilan hidup, sensorial, bahasa, matematika, budaya & ilmu pengetahuan.  Dari kelima area tersebut, keterampilan hidup merupakan dasar dari kesemua area. Kegiatan yang nampak sederhana dan bisa dilakukan dengan memanfaatkan peralatan yang ada dirumah ini sesungguhnya memiliki arti dan manfaat yang sangat besar. Kegiatan keterampilan hidup juga sebagai dasar untuk anak belajar menulis, membaca bahkan ilmu-ilmu lainnya seperti matematika, sains dan sebagainya. Sebagai contoh, kegiatan menuang air dari teko ke dua gelas identik. Susunan teko dan dua gelas  secara berurutan dari kiri ke kanan adalah teko – gelas 1, lalu gelas 2 di letakkan di tepat di bawah gelas 1. Hal ini agar saat menuang anak juga memulai dengan menggerakkan tangan dari kiri dengan mengambil teko lalu bergeser ke kanan menuang ke gelas 1 dan turun ke bawah menuang ke gelas 2. Tujuannya adalah untuk melatih otot mata dan tangan sebagai persiapan membaca dan menulis kelak. Saat memegang teko pun ibu/fasilitator terlebih dahulu mencontohkan dengan cara yang benar yaitu menggunakan 3 jari ; jempol, telunjuk dan jari tengah (pincer graps). Ini bertujuan untuk melatih otot jari anak sebagai latihan pra menulis sebelum anak memegang pensil. Namun bukan berarti kita sebagai fasilitator kemudian boleh memegang tangan anak untuk menggerakkan dan meletakkan jari-jari anak agar benar cara memegang tekonya, biarkan anak belajar secara alami, kita cukup memberikan contoh diawal, selanjutnya biarkan anak bereksplorasi. Jika saat anak mencoba lagi dan cara memegangnya masih belum sama seperti yang kita contohkan misalnya memegang dengan cara menggenggam tetaplah rileks karena semua tentu ada prosesnya. Tidak perlu terlalu cepat menuntut hasil namun nikmati saja proses belajar bersama ananda. Dalam pelaksanaannya pun kegiatan ini dilakukan bertahap dari sederhana menuju kompleks seperti menuang dari teko ke satu gelas, teko ke dua gelas identik kemudian teko ke tiga gelas identik lalu teko ke dua gelas yang berbeda dstnya.

Kegiatan keterampilan hidup juga sebagai awalan dalam anak mengasah kemampuannya melakukan kegiatan sehari-hari  sebagai salah satu bekal penting untuk kehidupannya di kemudian hari. Mungkin kegiatan-kegiatan tersebut sangatlah mudah dimata kita karena kita sudah terbiasa melakukannya namun bagi anak kegiatan keterampilan hidup merupakan hal baru yang sangat menarik perhatiannya sehingga anak akan merasakan kepuasan dan menjadi prestasi tersendiri saat melakukannya sendiri. Memfasilitasi anak dengan kegiatan keterampilan hidup berarti memberi ruang bagi anak untuk mengurus dirinya sendiri dengan kata lain kita mempercayai bahwa mereka mampu untuk turut andil dalam kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan oleh orang dewasa di lingkungan rumahnya. Hal ini tentunya akan sangat berdampak pada meningkatnya kepercayaan diri anak dan anak pun akan lebih menghargai dirinya sendiri karena memiliki peran di rumahnya. Contoh lain kegiatan keterampilan hidup dalam pendekatan Montessori adalah memakai baju sendiri, mencuci tangan sendiri, menuang kering, menuang cairan, menyendok, membantu mencuci piring, membantu melipat baju, membantu memasak, membantu mencuci dan memotong sayur, menyiram tanaman, membersihkan meja, mencuci sepeda, membersihkan kaca, menyiapkan sarapan, dll. Namun satu hal yang perlu kita ingat disini semua yang dilakukan oleh anak tentunya atas dasar keinginan atau kemauan dari dalam diri anak untuk menjadi bagian dalam lingkungan rumahnya, keinginan anak untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan yang sering ia lihat di kesehariannya. Jadi bukan karena disuruh-suruh apalagi di paksa yaa, karena pada dasarnya anak ingin belajar dan meniru segala hal yang terjadi di sekitarnya. Semakin besar kepercayaan kita terhadap kemampuan mereka, semakin besar pula keyakinan mereka terhadap kemampuan dirinya.

_Jika kamu memberi tahu mereka, mereka hanya akan melihat gerak bibirmu. Jika kamu menunjukkan kepada mereka, mereka akan tergoda untuk melakukannya sendiri_
-Maria Montessori-

Dalam menerapkan metode Montessori hal penting yang perlu kita pahami adalah filosofi dari pendekatan Montessori itu sendiri. Jadi bukan sebatas alat-alatnya saja ataupun bentuk kegiatannya. Prinsip dasarnya adalah *“Follow the Child”* yang juga menjadi motto dari metode Montessori yaitu mengikuti kemauan dan ketertarikan anak pada periode tertentu untuk kemudian difasilitasi dengan kegiatan yang berkaitan dengan ketertarikannya saat itu. Sehingga kita sebagai ibu/fasilitator harus ekstra mengamati tumbuh kembang  anak dan ketertarikannya. Anak pun bebas memilih kegiatannya bahkan diperbolehkan berulang-ulang melakukan kegiatan yang sama. Jadi anak berkegiatan sesuai dengan kemauan atau ketertarikannya, merekalah yang merancang kegiatan dan fasilitator cukup memfasilitasi dan memberi ruang untuk anak bereksplorasi serta menahan diri untuk tidak berkomentar/mengoreksi anak saat sedang eksplorasi.

_Keep Calm and Follow the child, Keep calm and Chase Your Dreams_
-Elvina Lim Kusumo-

Kesempatan berekspresi secara merdeka sesuai dengan keinginan anak juga menjadi perhatian penting dalam pendekatan Montessori. Kemerdekaan yang dimaksud adalah membebaskan anak sehingga anak dapat bertindak dan bersikap sesuai harkat mereka sebagai anak dan di hargai sebagai individu yang punya perasaan seperti orang dewasa ( *Respect the child* ). Adanya penggunaan alas kerja dalam kegiatan Montessori salah satu tujuannya juga untuk menghargai hak dan perasaan anak, yaitu dengan adanya alas kerja akan jelas teritori atau batasan wilayah agar tidak saling mengganggu dan menghormati wilayah kerja masing-masing serta sebagai wujud  interaksi sosial dan komunikasi dimana anak dilatih untuk meminta izin terlebih dahulu jika ingin menggunakan alat yang sama atau ingin berkegiatan bersama-sama termasuk didalamnya hak untuk mengizinkan atau pun menolak.

_Play is the work of the child_
-Maria Montessori-

Sumber bacaan :
_Indonesia Montessori.(2015), “Kegiatan Keterampilan Hidup” https://indonesiamontessori.com/keterampilan-kehidupan-pendekatan-montessori-practical-life-skills/ (5 Oktober 2017)_

_Montessori sos., http://www.montessorisos.com/montessori-philosophy/ (5 Oktober 2017)_

_Info montessori., http://www.infomontessori.com/ (5 Oktober 2017)_

_Kusumo Elvina, Montessori di Rumah, 2016_

🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿🌺🌿

1⃣ Pertanyaan dari Bunda Puji
πŸ’¬ T : Bagaimana melatih anak menggigit makanan, usia anak saya udah 2 tahun tapi kalo makan mintanya dipotong-potong nggak mau digigit sendiri ? Terimakasih.

πŸ’¬ J : Assalamu'alaikum Bunda Puji 😊..
Bunda, mungkin inget ya dulu anak kita saat usia dibawah 1 tahun suka banget memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Nah sebenarnya mereka sedang masa sensitive atau biasa disebut periode sensitive dimana mereka sedang tertarik dengan sensasi di mulutnya. Ada rasa penasaran kalau sesuatu dimasukkan kedalam mulutnya. Disitulah moment yang tepat untuk kita memfasilitasi mereka sekaligus melatih otot mulut dan rahangnya. Dengan menyediakan makanan yang bisa digigit & dipegang langsung. Namun jika sudah terlanjur terlewatkan fase tersebut kita bisa bantu dengan menyediakan kegiatan yang menarik dan kita juga ikut terlibat didalamnya. Contohnya yang sesuai dengan metode montessori kita coba ambil kegiatan di area sensorial. Bunda bisa ajak ananda main tebak rasa dengan menyediakan aneka buah potong atau sayur potong bisa juga cemilan seperti biskuit. Mata ananda boleh ditutup nanti bergantian dengan bunda. Nah kalau anak saya suka nih diajak berkegiatan seperti ini. Boleh nanti dicoba ya Bun 😘 ✅

2⃣ Pertanyaan dari Bunda Fiqoh - Ajibarang
πŸ’¬ T : 1. Dalam metode Montessori lebih menitik beratkan pada pengalaman, apakah pengalaman yang bisa membuat anggota badan terluka akan memberikan pelajaran pada si anak? Misalnya anak ingin membantu ibu memasak, dan memegang pisau. Kalau tidak di kasih anak nangis kejer, kadang di situ saya was-was anak terluka karena pisau. Tidak apa-apakah bun saya kasih pisaunya?

2. Media apakah yang cocok untuk menunjang metode Montessori untuk anak 2 tahun? Terimakasih.

πŸ’¬ J : Halo Bunda Fiqoh 😊
1. Pengalaman disini maksudnya anak merasakan sesuatu secara langsung. Tapi bukan berarti kita dengan sengaja membiarkan anak terluka. Untuk berkegiatan di dapur memang butuh pengawasan extra. Sebelumnya tentu kita terlebih dahulu menjelaskan kepada anak bahwa pisau itu tajam. Sehingga perlu berhati-hati saat menggunakannya. Nah dari Maria Montessori sendiri menyarankan untuk memakai pisau real namun dengan tingkat ketajaman yang aman untuk anak seperti pisau roti. Dengan ukuran kecil agar mudah dipegang. Tapi bagaimana jika anak ingin memakai pisau milik kita? Saya sendiri di rumah menerapkan konsep kepemilikan. Jadi ada pisau saya, ada pisau anak. Kalau anak mau pakai punya saya harus izin & sudah saya jelaskan sebelumnya aturan saat dia menggunakan pisau tsb. Misalnya dengan kehati-hatian yang extra, dengan pengawasan saya dstnya.

2. Media yang paling utama adalah kehadiran diri kita utuh jiwa & raga, kemudian kita bisa memanfaatkan apa yang ada di rumah terlebih dahulu. Mencari tahu ketertarikan anak baru kita fasilitasi ketertarikannya dengan kegiatan yang sedang diminati tersebut. Montessori memiliki peralatan yang disebut apparatus, untuk usia 2 tahun bisa kita kenalkan dengan area sensorial & practical life. Untuk sensorial apparatus-nya seperti pink tower, knobed cylinder, knobless cylinder, brown star, color tablet, papan halus kasar, sound box, dsbnya. Tapi jika tidak ada kita bisa membuat DIY nya atau memanfaatkan apa yang ada di rumah. Yang terpenting kita paham apa kegunaan & tujuan dari media tsb. Misal papan halus kasar, kita bisa ganti dengan kulit buah atau kita buat DIY nya dari amplas. ✅

πŸ“ Noted. *Media yang paling utama adalah kehadiran diri kita utuh jiwa & raga.*

3⃣ Pertanyaan dari Bunda Vori
πŸ’¬ T : Assalamu'alaikum
1. Buku atau literatur recomended yang berisi tentang contoh-contoh montessori apa aja??

2. Dari mana sebaiknya kita memulai montessori untuk anak usia batita??

3. Pada rentang usia berapa sampai berapa, metode mountessori efektif digunakan?

πŸ’¬ J : Wa'alaikumsalam Bunda Vori
1. Contoh kegiatan bisa Bunda lihat di Web IndonesiaMontessori.com,  Buku Montessori dirumah, raisingamontessorian.com, infomontessori.com
Ini juga ada beberapa kegiatan yang saya lakukan bersama anak saya  bisa buka di sini ya Bun http://bit.ly/2gtVKb5
Untuk buku masih banyak  karangan luar Bun.

2. Untuk memulai kita bisa mengajak anak melakukan kegiatan keterampilan hidup seperti menuang, menyendok, melipat baju. Juga kegiatan yang berkaitan dengan sensorial seperti pengenalan rasa, tekstur, warna juga bentuk.

3. Sampai 12 tahun Bun. Untuk memulai tergantung kegiatan yang akan kita hadirkan. Di bawah satu tahun pun sudah bisa. Jadi tergantung kegiatannya ✅

4⃣ Pertanyaan dari Bunda Puji - Tegal
πŸ’¬ T : Bagaimana cara atau tips melatih anak percaya diri didepan orang banyak ?

πŸ’¬ J : Kalau saya, lebih senang dengan proses inside out Bun. Jadi dimulai dari rumah dengan memberi ruang untuk anak mengurus dirinya sendiri, memilih warna atau jenis baju yang akan dipakai. Memberi kesempatan pada anak untuk bercerita & menuangkan idenya. Kemudian memberi kesempatan pada anak mengambil peran atau tugas harian di rumah. Dengan kita memberikan ruang kepada mereka nantinya akan tumbuh sendiri rasa kepercayaan diri anak, mereka akan lebih yakin dengan kemampuan dirinya.
Saya sudah mengalami sendiri. Di suatu acara  dongeng, saat MC meminta anak-anak maju bercerita, tanpa disuruh, anak saya tiba-tiba tunjuk tangan & berani maju ke depan untuk bercerita. ✅

πŸ”  Bunda Efi
Mulai dari usia berapa ini bunda sebaiknya diterapkan?

πŸ”‚ Saya mulai ketika anak saya sudah bisa menunjuk Bun. Jadi saat anak sudah bisa diajak komunikasi dua arah walau masih dalam bentuk bahasa tubuh. Bertahap dari memilih baju.

πŸ”€ Dan kita sebagai orang tua memberikan apresiasi ke anak ya bun agar rasa percaya diri tetap anak tumbuh, begitu bukan bun?

πŸ”‚  Betul sekali bun. Apresiasi sangat penting. πŸ‘ ✅

πŸ“ Noted. *Sangat penting memberikan apresiasi terhadap anak.*

5⃣ Pertanyaan dari Fadhila Rahma P.
πŸ’¬ T : Untuk Montessori itu berdasarkan umurkah? Misal keterampilan apa untuk umur berapa, atau kita bisa mengajarkan keterampilan apa diumur berapa? Mungkin bisa diberikan uraian kegiatan apa saja untuk masing-masing kelompok umur?

πŸ’¬ J : Bunda Fadhila, Ada istilah follow the child dalam Montessori. Disini maksudnya kegiatan yang dihadirkan mengikuti ketertarikan anak. Jadi anak satu dengan anak lainnya diusia yang sama bisa saja melakukan kegiatan yang berbeda karena ketertarikan yang berbeda. Begitu juga sebaliknya usia berbeda tapi bisa jadi mereka sedang tertarik dengan hal yang sama sehingga melakukan kegiatan yang sama. Di sekolah Montessori sendiri dalam satu kelas beragam usia digabung yaitu 3 - 6 tahun, 6 - 9 tahun &  9 - 12 tahun. Dengan harapan yang kecil bisa belajar dengan yang lebih besar begitu pun yang besar bisa memberi contoh kepada yang kecil. Jadi belajar tidak harus dari yang besar bisa juga yang lebih besar belajar dari yang lebih kecil. ✅

6⃣ Pertanyaan dari Bunda Rini - Purwokerto
πŸ’¬ T : 1. Saya sempet beli macam-macam buku tentang metode ini, tapi masih bingung penerapan realnya ya. Abis kalo liat web alat peraganya mahal-mahal gitu πŸ˜….

2. Usia berapa mulai diterapkan hingga usia berapa?

πŸ’¬ J : Halo bunda Rini.. Alat peraga Montessori memang agak mahal Bun. Karena bahan & ukuran yang dibuat presisi serta adanya control eror. Tapi, jika kita ingin menerapkan Montessori sebaiknya pahami dulu  filosofinya. Untuk alat-alat bisa banget pakai yang ada. Walaupun alat-alatnya memang memiliki kelebihan tersendiri tapi saat kita gak bisa menghadirkan alat tersebut bukan berarti kita gak bisa menerapkan Montessori. 😘

Nah Montessori ini enaknya belajar face to face Bun karena ada hal-hal yabg harus di presentasikan & gak bisa lewat tulisan πŸ˜‰ tapi gak menutup kemungkinan untuk belajar otodidak dari web & buku. Karena awalnya saya pun belajar otodidak. Kemudian privat untuk lebih memperdalam. Tentang usia sudah tadi diatas ya bun. ✅

πŸ” Bunda Efi
Berarti kita harus memahami terlebih dahulu, jenis kegiatan yang akan kita berikan ke anak ya bun, terutama tujuan pembelajarannya, ketika tidak dapat menemukan alat yang sama, bisa kita ganti (subtitusikan) dengan alat yang lain, akan tetapi tujuan tercapai. Begitu ya bun?

πŸ”‚ Iya Bunda Efi bener. Dan yang terpenting lagi pahami dulu filosofi setiap alat, filosofi dari Montessori itu sendiri. ✅

πŸ“ Noted. *Dan yang terpenting lagi pahami dulu filosofi setiap alat, filosofi dari Montessori itu sendiri*

7⃣ Pertanyaan dari Ekadewy
πŸ’¬ T : 1. Apakah alat-alat Montessori bisa menggunakan alat seadanya di rumah Bun ?

2. Apakah metode Montessori juga ada kurikulum terstruktur Bun ? Sebaiknya disusun bareng bersama anak atau bagaimana Bun ?

3. Untuk usia di atas 5 tahun metode Montessori nya dimulai darimana, apa, bagaimana ? 😁 Terimakasih.

πŸ’¬ J : Hallo Bunda Ekadewiy
1. Tentang alat sama seperti jawaban untuk bunda Rini ya 😘

2. Kurikulum berupa area-area bun. Ada 5 area yaitu sensorial, practical life, math, language & culture & science. Masing-masing dilakukan bertahap dari yang sederhana ke kompleks lalu dari konkret ke abstrak. Mungkin nanti saya titip ke Bun Efi ya saya coba buatkan list lengkap per kegiatannya. Namun itu tidak mengikat karena kita tetap harus melihat ketertarikan anak.

3. Dimulai dari ketertarikan anak Bun. Misal anak sudah suka dengan angka silahkan mulai kenalkan konsep kuantiti. Anak sudah suka dengan huruf silahkan kenalkan phonics huruf. Untuk keterampilan hidup & sensorial ini menu wajib yang akan jadi modal dasar URL lanjut ke area lainnya. Jadi usia berapa pun saat memulai mulai dengan keterampilan hidup & sensorial. ✅

πŸ” Bunda Evin
Metode montessori ini memang tepat sekali diterapkan untuk si kecil terutama yang sudah di jelaskan Bunda Ria untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada anak.
Nah..selain itu ada manfaat lainnya tidak yah bun??

πŸ”‚ Insya Allah ada banyak Bun selain yang juga sudah saya tulis dimateri juga untuk membantu anak senang belajar. Memberi ruang untuk anak merasakan dunia bermain yang menyenangkan & bermakna. Sehingga mereka tumbuh dengan bahagia.

πŸ”€ Subhanallah... Memang banyak sekali manfaatnya yah
Semakin tercerahkan & banyak memberikan semangat baru untuk membersamai ananda.

πŸ” Bunda Fadhila
Untuk sensorial & practical life saya ada bayangan, kalo untuk math, language & culture & science boleh dijelaskan & diberi contoh sedikit mungkin Bun.

πŸ”‚ Untuk math bisa dimulai dengan mengenalkan konsep quantity. Sambil berpratical life juga bisa misal menghitung takaran gula saat membuat teh. Atau langsung mengenalkan quantity dengan menggunakan beads / kacang-kacangan disertai bentuk angkanya / kartu angka. Ada di link yang saya kasih tadi diatas contohnya ya Bun.

Mencocokan gambar dengan bentuk real juga termasuk area math. Mengenalkan bentuk dua dimensi, dsbnya.
Bahasa bisa dimulai dengan mengenalkan bunyi huruf misal huruf B bunyinya Beh. Pakai lagu juga bisa.
Bola besar beh beh beh
Bola besar beh beh beh
Beh beh beh bunyi huruf B

Baru masuk ke sand letter paper meraba hurufnya.
Kemudian lanjut ke huruf berpindah (large movable alphabet), kartu merah muda (dua suku kata bermakna disertai gambarnya) ✅

πŸ’Œ *Penutup*

πŸ’Ž Bunda-Bunda yang cantik para pembelajar sejati. Banyak diantara kita yang justru menjadi tidak rileks saat menerapkan metode Montessori dalam mendampingi tumbuh kembang anak-anak kita. Salah satu hal yang sering membuat kita tidak rileks dalam menerapkan metode montessori adalah kebutuhan akan adanya apparatus montessori dalam proses belajar anak. Tidak di pungkiri apparatus Montessori adalah model ajar yang sangat akurat dan luar biasa indahnya namun Montessori bukan hanya tentang apparatus saja, ada hal mendasar lain yang lebih penting untuk dipahami yaitu konsep dasar montessori itu sendiri.

πŸ’Ž Adanya apparatus montessori bukan berarti dalam penerapannya kita harus menggunakan semua apparatus tersebut. Ada banyak hal di dalam dan lingkungan sekitar rumah yang bisa kita manfaatkan. Bahkan ketika kita tidak handal ber-DIY pun ada banyak sekali benda-benda natural di alam yang sudah Allah siapkan. Sehingga kita tidak perlu memaksakan diri untuk menghadirkannya di rumah.
Jadi mari kita merileks & optimis tanpa harus dipusingkan dengan segala printilan parenting, memaksimalkan potensi diri dan lingkungan sekitar.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

No comments: