2017/10/06

Egosentris (Ego Anak) by kulwap WAG Rumah Bintang

Sub materi pendalaman *Egosentris*

Judul : 
Peran Ayah membangun Ego Anak
(Marsahid AS)

Oleh-oleh dari MAJELIS LUKMANUL HAKIM JINGGA III
27 - 08 - 2016

Ayah punya banyak peran dalam keluarga. Salah satu peran penting Ayah adalah membangun Ego Anak. Salah satu hal yang penting untuk mendidik anak adalah membangun ego. Dan itu jadi salah satu alasan penting kenapa ayah harus hadir dalam pendidikan anak.

TENTANG EGO

Masyarakat Indonesia selama ini mendengar kata Ego sudah jengah. Dipersepsikan negatif, jelek, dan tidak baik. Ego diidentikkan dengan egoisme. Padahal sangat berbeda. Membangun ego jauh berbeda dengan membangun egoisme. Lalu apa yang dimaksud dengan ego?

Ego berasal dari bahasa Yunani, bahasa Jermannya “Ich”, bahasa Inggrisnya “I”, bahasa arabnya “Ana”, bahasa Indonesianya “Aku”. Suka atau tidak suka, aku (gue – ich – ana - i) itu pada dasarnya memang ada. Karena setiap manusia itu adalah sosok pribadi, sosok individu. Anak kembar pun namanya berbeda, kepribadiannya juga berbeda. Hanya manusia makhluk yang tiap-tiap orang namanya berbeda. Binatang tidak memiliki nama. Malaikat, munkar atau nakir itu ada banyak, malik atau ridwan itu ada banyak. Tapi yang memiliki nama per individu hanya manusia. Fitrah manusia itu memang punya individualitas. Dalam bahasa sehari-hari pun dibedakan; aku, kamu, kita, kami.

Jika bicara tentang ego, yang dimaksud ego adalah kepribadian. Berasal dari kata pribadi. Disebut kepribadian karena sifatnya pribadi, orang per orang. Karena itu disebut kepribadian. Maka kepribadian si A beda dengan si B. Jangan alergi dengan kata ego, sebagaimana dengan kata kepribadian.

Saat ini berkembang pendidikan karakter, padahal sesungguhnya itu adalah pendidikan kepribadian. Karakter itu khas, unik, beda satu dengan yang lain. Dalam bahasa arab karakter adalah Qosois. Karakteristik dakwah = Qosoisud Dakwah. Qos, khas, berbeda dengan yang lain. Itulah karakter. Tidak bisa disamakan pendidikan karakter di tiap daerah, di tiap sekolah, atau di tiap kampus. Pemerintah juga sedang ingin menyamakan tentang pendidikan karakter. Padahal pendidikan karakter harus khas, di Bekasi berbeda dengan di Depok, Bogor atau Tangerang. Di Jingga Lifeschool tentu pendidikan karakternya berbed, khas Bekasi.

Kepribadian. Orang yang tidak punya ego berarti tidak punya kepribadian. Sama seperti orang lain. Maka jangan pernah alergi dengan kata ego. Karena ego bicara tentang Aku. Anak yang punya ego adalah anak yang punya kepribadian. Kalau tidak mendidik dan melatih ego anak,berarti anak itu tidak memiliki kepribadian. Tidak menjadi pribadi. Maka dia menjadi “we”, menjadi “kita”.

Jangan sampai anak kehilangan jati diri, tidak lagi berani tampil sebagai “aku”. Anak harus berani “tandang ke gelanggang walau seorang”, tidak takut walau tampil sendiri dan itu butuh ego. Berani tampil sendirian walau semua orang penegak kebatilan, jika punya ego anak akan berani “tandang ke gelanggang walau seorang” sebagai penegak al-haq.

Ego adalah identitas diri. Anak yang tidak punya ego tidak bisa membedakan dirinya dengan orang lain. Orang Indonesia sangat hobi dengan keseragaman. Ego harus muncul agar anak bisa membedakan diri. Agar anak tidak larut dan terbawa. Ketika temannya pakai baju biru, sementara anak ingin baju merah, karena tidak punya ego, anak merasa tidak enak, takut dibilang tidak kompak, sehingga ia ikut pakai baju biru. Padahal biru bukan dia banget. Lalu merembet ke hal lain. Temannya merokok, karena tidak punya ego, takut dimusuhi dll serba taku akhirnya ikut larut. Hampir 100% pengguna narkoba awalnya merokok. Rokok pintu menuju narkoba. Walau tidak selalu perokok adalah pengguna narkoba. Tapi setiap pengguna narkoba selalu diawali dengan merokok. Ikut-ikutan karena khawatir dimusuhi, khawatir dijauhi. Jika ego kuat, maka anak akan mengatakan,”saya sih nggak ingin cari musuh, tapi kalo gara2 begini dimusuhi sih ga masalah.”

Ego masyarakat Indonesia lemah, menyebabkan perubahan2 sulit terjadi. Karena saat ada hadangan, tantangan sedikit saja membuat kita mundur. Kita atau anak2 kita mau beda sedikit saja kemudian ada yang menghadang langsung mundur. Ego orang Indonesia mudah larut, mudah terpengaruh. Sehingga hypnotherapy laku keras. Karena orang Indonesia mudah dihipnotis. Terapi ini efektif tapi sekaligus merusak orang Indonesia. Berbagai hypno (parenting, marketing,dll.) sangat laku. Ustadz Adriano Rusfi sangat menguasai teori2 tentang psikoanalisis sehingga sadar akan efektivitas hipno2.

The most sugestable people in the world adalah orang Indonesia. Sehingga siapapun bisa mempengaruhi orang Indonesia. Jika ada orang duduk di depan saat di bis, kemudian dia iseng saja berdiri dan melihat ke kiri, maka yakinlah bahwa orang-orang yang duduk di belakangnya semua ikut berdiri dan melihat ke kiri.

Lionel Messi saat bermain bola di umur 5 tahun, bolanya asyik digocek saja sendiri. Pelatihnya berteriak menyuruhnya berbagi bola kepada temannya. Tapi Messi tidak mau. Itu sesuai fitrahnya. Tapi saat usianya melewati 7 tahun, Messi rajin berbagi bola kepada temannya. Maka wajar Messi sangat jago menggocek bola, tapi ia juga sosok yang rajin berbagi bola dengan rekan setimnya saat ini. Banyak gol yang diciptakan Suarez adalah umpan dari Messi. Tapi saat Messi mengeluarkan kemampuan individunya, ia sulit dihentikan. Kemampuan berbagi penting, kemampuan individual itu juga penting. Pada saat anak tidak ingin berbagi, maka biarkan saja. Sesuatu yang pada umurnya. Jangan dari kecil anak dipaksa untuk berbagi. Biarkan dia mempertahankan hak milik. “Ini milikku, kamu tidak boleh walaupun kamu adik kandungku. Itu bagus”.u Belajar untuk berjuang mempertahankan hak milik sejak kecil agar saat besar dalam mempertahankan prinsip ia bisa memegangnya dengan kuat.

Tapi jika dari kecil sudah dididik dan dipaksa untuk berbagi, sehingga ia tidak memiliki hak atas propertinya, hak untuk mempertahankan hak miliknya, sehingga ia gampang melepaskan haknya, properti pribadinya. Itu sangat berbahaya, anak yang mudah melepaskan hak. Dalam kitab hak asasi dalam Islam karya DR. Abdul Karim Zaidah, dikatakan bahwa Islam lebih mengutamakan hak daripada kewajiban. Kenapa? Karena yang pertama Haq itu adalah nama Allah. Yang kedua haq itu artinya kebenaran. Yang ketiga hak itu artinya esensi, hakikat. Dan yang keempat hak itu artinya kewajiban. Maka haqqul muslim alul muslim artinya kewajiban muslim atas muslim lainnya. Ada hak fakir miskin pada hartamu, ada hak orang lain pada hartamu, maksudnya kamu punya kewajiban lho pada fakir miskin, pada orang lain. Kenapa Allah lebih suka membaca bahasa hak? Karena manusia lebih suka bicara hak daripada kewajiban. Egoisme manusia membuat manusia lebih asyik jika diajak bicara hak.

Biarkan anak untuk belajar mempertahankan haknya. Jika anak,”ini mainanku, aku nggak mau berbagi sama kamu.” Itu benar jika terjadi di usia sebelum 7 tahun. Jika ia sudah berusia di atas 7 tahun, maka itu salah. Karena di atas umur 7 tahun sudah bicara tentang kewajiban, kebersamaan, sosiabilitas, berbagi. Sebelum ia berumur 7 tahun biarkan ia bicara tentang hak-haknya. Belajar mempertahankan haknya, tidak mudah menyerah, tidak mudah melepaskan properti pribadinya. Agar ia kelak tidak mudah saja melepas properti pribadinya, melepaskan keperawanan, kegadisan, dll. Didik anak dari awal untuk punya ego. Sehingga saat dicolek sedikit, ia bisa melawan,”enak aja lho colek2, tabokin juga nih.”

Salah satu cara mendidik ego anak adalah jangan terbiasa mengintervensi anak pada saat anak sedang mempertahankan haknya, propertinya. Biarkan ia berjuang sejak kecil untuk itu. Hal-hal semacam ini terlihat sepele, tapi sangat berpengaruh.

Wallahu'alam bisshowab.


Resume Tanya Jawab Materi Pendalaman Egosentris
Tanggal : 25 September 2017
.
.
Peran Ayah Membangun Ego Anak (Marsahid AS)
.
.
Pertanyaan pertama

1⃣ Yuli-Purwokerto

1. bagaimana cara ayah membangun ego anak usia batita misalnya
2. apakah boleh melatih sharing sblm usia 7th atau harus saat masuk 7th? dan bagaimana mengatasi anak yg susah berbagi setelah usia 7th.
terimakasih

๐Ÿ“‘

Bunda Yuli,
1. Dimulai dari memberikan identitas yg khas untuk anak, tidak memaksakan kehendak pada anak, tidak memaksanya berbagi, dll. Memberikan identitas yang khas pada dirinya misalnya pakaiannya tidak diseragamkan, jangan segala galanya mesti sama, dan seterusnya.

2. Melatih boleh jika sudah mendekati usia 7 tahun, dg tetap tidak memaksakan. Dengan cara keteladanan, memberikan kisah2 indah ttg berbagi, dll. Kalau stlh usia 7th masih sulit berbagi, berarti ada masalah di fase sebelumnya. Egonya belum terpuaskan. Maka penuhi egonya, walau harus agak dipercepat. Karena sdh bukan lagi fasenya.

*Memberikan identitas khas pada anak. Iya, bisa labeling. Bisa juga pakaian, karena banyak ortu yg senang anaknya bajunya seragam. Bisa juga nama yg sesuai.

2⃣ Wiwit-Purwokerto

Assalamu'alaykum Bu Rima, masyaa Allah tema malam ini bagus sekali. Dan saya termasuk yg tidak terbangun egonya sampai skrg ๐Ÿ˜” tp Alhamdulillah Tabarakallah, dpt suami yg sangat terbentuk ego nya sehingga bs menyeimbangkan kerapuhan ego saya. Bahkan bs membuat sy belajar untuk membangun kembali ego meskipun tertatih2..


Insyaa Allah, sbntr lg kami dikaruniai anak pertama dan sedang belajar mempersiapkan diri jd org tua yg baik.

Tentang ego, sering sekali kita terbentur dgn lingkungan yg seolah mewajibkan anak2 berbagi, baik itu mainan, makanan dsb, sejak kecil. Jika tidak mau, bs saja direspon sbg anak yg pelit & egois. Sehingga muncul nada menyindir, mengancam, dll bahkan dr org dewasa yg melihat kejadian tsb. Bagaimana meyikapi dgn bijak hal tsb ya bu?

๐Ÿ“‘

Bunda Wiwit,
Itu hal umum di masyarakat kita. Sikap kita ya sesuai keyakinan kita saja. Jadi ladang dakwah kita juga untuk menjelaskan masalah ini ke lingkungan tersebut. Ajarkan anak utk melawan jika disakiti kalau perlu, karena itu haknya

3⃣ Amrin-Purwokerto

1. Bagaimana cara meyakinkan anak bahwa berbeda itu tidak masalah? Contohnya, dilingkungan kami setiap ada yg ulang tahun rata2 mengadakan pesta, sedangkan kami mengajarkan anak bahwa ulang tahun tidak harus dengan pesta. Berbagi bukan hanya saat ulang tahun, tapi kapan saja. Begitu juga dengan hadiah, tidak harus menunggu ulang tahun.
2. Jika kakak dan adik, si kakak sudah mulai timbul rasa memiliki propertinya sendiri, si adik sedang dalam tahap diajarkan, nah kakaknya jadi suka usil  mainan adiknya. Sdh berkali2 saya bilang tidak boleh meminjam paksa. Jadi yg terjadi, properti kakak hanya milik kakak, tp properti adik milik berdua ๐Ÿ˜ซBagaimana cara saya menyikapi dua kakak beradik ini? Saya takutnya si adik jd cenderung susah memoertahankan haknya.
3. Untuk meminimalisir rebutan properti, apakah harus membelikan barang serupa untuk kakak dan adik?

๐Ÿ“‘

Bunda Amrin,
1. Ajak anak sering berdiskusi, termasuk sampaikan tentang identitas, visi misi keluarga. Jangan ada anggapan anak masih kecil untuk memahami hal tersebut, insyaAllah dia bisa paham jika kita bicara dengan bahasanya. Ajak anak berbagi di saat ia sedang tidak ulang tahun, di setiap hari jumat misalnya.

2. Sibling rivalry atau pertengkaran kakak dan adik itu justru bagus, bu.
Itulah kenapa Butuh peran Ayah disini, bu.

Ustadz Aad pernah menyampaikan, pertengkaran kakak dan adik itu sangat baik dalam mendidik anak. Kita disarankan untuk tidak melerai pertengkaran kakak dan adik, membiarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri. Kecuali : sudah menggunakan alat/senjata tajam, membully, dan membahayakan kehormatan.

Itu akan efektif untuk mereka belajar menyelesaikan konflik, dan jadi pelajaran bagi mereka jika menghadapi situasi demikian. Contohnya, ustadz Aad pernah mendapat laporan dari putranya bahwa ia tadi di sekolah memukul preman sekolah. Ustadz Aad lalu bertanya darimana adik belajar hal itu? Putranya menjawab bahwa ia pernah diperlakukan demikian oleh kakaknya. ๐Ÿ˜…

Tinggal peran ayah untuk memberikan insight peristiwa pertengkaran tersebut.
Menjelaskan tentang barang milik pribadi dan bukan miliknya.
Kita kondisikan adiknya juga untuk tidak memaksa meminta barang yang bukan miliknya.

Ayah harus terlibat terkait mendidik egosentris ini.

3. Usia berapa si kakak? Memang sebaiknya masing2 memiliki properti sendiri2, bu

*usia anak 6 tahun, masih usia egosentris

4⃣ Wisnu

Selamat malam Bu.setelah saya baca penjelasan awal ttg mendidik ego anak.ada beberapa pertanyaan yg saya ajukan :
1. Pemahaman saya antara ego dan kepribadian adalah hal yg berbeda.mohon penjelasaannya.
2. Indikator apa jika seorang anak bahwa ego dlm batas kewajaran dan ego yg sudah mengarah ke sifat yg tdk baik
3. Ego identik dengan ke-AKU-an,mohon penjelasan kapan seorang anak menonjolkan ke-AKU-an ny,dan menonjolkan ke-KAMI-an ny.karena ALLOH pun ada menggunakan kata2 KAMI di beberapa ayat-NYA.terimakasih.

๐Ÿ“‘

Ayah Wisnu,
1. Kalau di tulisan saya, dan yang saya dapat dari materi keayahan bersama Ustadz Adriano Rusfi, Ego disini sama dengan kepribadian. Dimana yang dianggap berbeda?
2. Egosentris tidak sama dg egoisme. Ego dalam batas kewajaran jika yang masih seusia perkembangan dirinya.
3. Usia 0-7 tahun adalah tahapan untuk memuaskan dan menumbuhkan egosentrisnya, pak.
Usia 0-7 tahun adalah fase egosentris.
Puaskan dengan memenuhi fitrahnya.
egosentris beda dengan egoisme. kalo sudah manja, berarti yg keluar egoisme. Jika egosentrisnya telah terpuaskan, insya allah begitu memasuki 7 tahun egosentrisme itu sudah menyusut dengan sendirinya, karena sejak usia 7 tahun orientasi pendidikannya lebih kepada sosiabilitas.

di usia 7 tahun anak harus sudah mulai diajarkan untuk melebar kepada sosial dan tanggungjawab moral. Maka di saat yg sama, anak2 harus dibangkitkan fitrah keimanannya pd aspek ketaatan pd hukum (hakiman) dan ketaatan/kecintaan tunggal (waliyan).

Secara fitrah perkembangan, usia 7 tahun, anak2 mulai mengenal nilai2 sosial di sekitarnya. Maka mereka mulai mengenal Allah sebagai pembuat hukum dan Zat yg harus ditaati secara totalitas.

Bisa dengan mengenalkan kepada ananda ttg indahnya berbagi, persahabatan dengan inside out melalui cerita atau dongeng

*Beda antara egosentris dan egoisme...
Perlu digaris bawahi hal ini, agar kita tidak salah kaprah

๐ŸŒบTanggapan diskusi

1. Wisnu

Mohon penjelesanny.bagaimana carany utk mengetagui bahwa ada masalah di fase sebelumnya..karena ad kekhawatiran ketika kita menguatkan ego anak..dan diusia ny ternyata ego itu yg lebih ditonjolkan,kita harus mendidik kembali ttg artinya berbagi,kebersaaman..sementara ego itu sudah cukup kuat melekat di anak.terimakasih

๐Ÿ“‘

Yang tahu ya hanya kedua orangtuanya. Coba tazkiyatun nafs, mengingat-ingat kembali bagaimana ia dididik di usia 0-7tahun. Apalagi jika anak pertama, Ustadz Harry Santosa pernah bilang, kita harus sering2 minta maaf sama anak pertama. Salah satu indikasinya jika ia masih sulit berbagi. Sementara anak yg sudah dikenyangkan egosentrisnya, insyaAllah akan mudah untuk berbagi dan bersosialisasi

2. Amrin
Menanamkan ego pada anak, apa perlu kita sediakan wilayah dan tempat2 properti khusus masing2 anak? Misal kotak mainan, dua anak dua kotak mainan, lemari baju,dll.

๐Ÿ“‘

Iya, benar sekali. Itu sangat perlu. Agar mereka paham mana yang milik mereka dan yang bukan.

No comments: